Suara.com - Menurut data dari Food and Agriculture Organization (FAO), tingkat konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia pada 2017 masih tertinggal jauh dari negara-negara maju, bahkan jika dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN.
Di Malaysia, misalnya, angka konsumsi protein mencapai 30 persen, Thailand 24 persen, dan Filipina 21 persen. Sementara angka konsumsi protein masyarakat Indonesia hanya 8 persen.
Kondisi ini yang pada akhirnya berimplikasi pada kualitas gizi para penerus bangsa. Data Riskesdas 2018 menyebut 17,7% anak Indonesia masuk dalam kategori gizi kurang dan buruk, sedangkan 30,8% lainnya berada dalam kategori pendek dan sangat pendek.
Padahal pemenuhan protein hewani yang mengandung asam amino dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak secara maksimal. "Rendahnya tingkat konsumsi protein hewani di tengah masyarakat Indonesia berdampak bukan hanya pada terhambatnya pertumbuhan individu, tapi juga dapat berakibat pada rendahnya kualitas generasi penerus bangsa," ujar Corporate Affairs Director PT Frisian Flag Indonesia, Andrew F. Saputro, dalam acara MilkVersation di Jakarta, Senin (4/11/2019).
Protein sendiri merupakan senyawa kimia yang terdiri dari rangkaian asam amino (AA) dengan ikatan peptide, yang dapat ditemukan pada dua jenis sumber yaitu hewani dan nabati.
Meski keduanya memiliki manfaat yang baik bagi tubuh, namun kandungan asam amino serta struktur yang dimiliki protein hewani dengan protein nabati tidaklah sama.
"Asam amino merupakan senyawa organik dari sumber protein, yang terurai ketika masuk ke dalam tubuh. Pada protein hewani, asam amino yang terkandung adalah asam amino esensial lengkap, yang berperan penting pada periode masa pertumbuhan maupun fase kehidupan berikutnya. Sementara protein nabati tidak mengandung asam amino esensial yang lengkap seperti protein hewani," timpal pakar gizi dari Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.Sc.
Pada akhirnya, tambah Saptawati, individu yang kekurangan protein hewani memiliki risiko masalah kesehatan lebih tinggi dalam berbagai aspek mulai dari terhambatnya pertumbuhan yang dapat menyebabkan stunting dan gangguan kognitif, anemia, gangguan kondisi fisik dan organ tubuh, kualitas tulang, gigi, rambut dan kulit, hingga mempengaruhi emosi dan kesehatan mental seseorang.
"Inilah mengapa protein hewani berkualitas dengan asam amino lengkap menjadi kebutuhan primer, serta bentuk investasi gizi dalam menjaga kesehatan jangka panjang," tambahnya.
Baca Juga: Cegah Stunting, Ini Sumber Protein Hewani yang Baik untuk Anak
Selain mengandung asam amino yang lengkap baik jenis maupun jumlahnya, pangan hewani juga mengandung banyak zat gizi penting, seperti vitamin B12, vitamin D, asam lemak omega-3, zat besi, kalsium dan seng.
Lalu, darimana kita bisa mendapat sumber sumber protein hewani? Diketahui bahwa sumber protein hewani terbaik adalah produk susu sapi, daging, telur, unggas serta ikan. Jadi, mulai sekarang pastikan ada protein hewani dalam menu harian Anda dan keluarga.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa