Suara.com - Sahabat Bilang Anda Berubah, Jangan-jangan Sedang Depresi?
Malas bertemu teman, hilang gairah, hingga enggan keluar rumah. Bahkan, sahabat yang mengunjungi pun ditolak, hingga ia menyebut Anda berubah?
Waspada, bisa jadi Anda mengalami gejala depresi. Pakar kedokteran jiwa, Dr. dr. Diah Setia Utami, SpKJ(K), MARS mengatakan jika ada yang tak biasa dari diri kita, maka patut dicurigai.
Misalnya jika dulu paling bersemangat kumpul dengan teman, lalu tiba-tiba malas dan enggan bertemu banyak orang.
"Ada sesuatu yang berubah selain fisik, sekarang males diajak temen kumpul membatasi semuanya. Dia merasa kinerja saya sampai kantor males, banyak kerjaan tapi males. Padahal sebelumnya oke-oke saja," tutur Dr. Diah di Hotel Pullman, Jakarta Pusat, Jumat (22/11/2019).
Belum lagi ada perubahan pada perasaan, dulu saat dimarahi bos dia akan biasa saja malah semakin terpacu. Tapi yang terjadi malah sebaliknya ia mudah marah, cepat down, dan merasa tersinggung. Perubahan ini bukan terjadi sehari dua hari bahkan lebih dari 2 minggu.
"Biasanya nggak terjadi sama saya, kumpul susah ketemu orang berbicara sama orang lain terbatas," imbuhnya.
Perkembangan digital yang begitu pesat ternyata jadi bumerang untuk kesehatan mental masyarakat. Terbukti angka penderita depresi terus meningkat di dunia dan membuat setiap 40 detik orang meninggal dunia karena bunuh diri.
Di Indonesia menurut data Riskesdas 2018 prevalensi depresi mencapai 9,8 persen dari total penduduk Indonesia. Mirisnya sebagian besar penderita depresi tidak menyadari dengan penyakitnya.
Baca Juga: Dibandingkan Obat, 9 Makanan Ini Lebih Ampuh Atasi Depresi
Pakar psikosomatik dr Andri, SpKJ-FCLP, mengatakan penyakit fisik yang berlangsung terus menerus, padahal kelihatannya sepele itu juga patut dicurigai sebagai gejala depresi. Misalnya asam lambung selama berminggu-minggu. Mirisnya, pengobatan hanya fokus pada gejala fisik.
"Tapi gejala depresi justru tidak ditangani dengan baik. Bahkan menurut data WHO 65 persen individu yang mengalami depresi bisa mengalami recurrent episode. Dimana golongan SSR (selective serotonin reuptake inhibitor) sekalipun tidak bisa memperbaiki ketidaktuntasan pengobatan," tutup dr Andri.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- 5 Pilihan Ban Motor Bebas Licin, Solusi Aman dan Nyaman buat Musim Hujan
- 5 HP Memori 128 GB Paling Murah untuk Penggunaan Jangka Panjang, Terbaik November 2025
- 5 Mobil Keluarga Bekas Kuat Tanjakan, Aman dan Nyaman Temani Jalan Jauh
- Cara Cek NIK KTP Apakah Terdaftar Bansos 2025? Ini Cara Mudahnya!
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Mau Bekukan Peran Bea Cukai dan Ganti dengan Perusahaan Asal Swiss
-
4 HP dengan Kamera Selfie Beresolusi Tinggi Paling Murah, Cocok untuk Kantong Pelajar dan Mahasiswa
-
4 Rekomendasi HP Layar AMOLED Paling Murah Terbaru, Nyaman di Mata dan Cocok untuk Nonton Film
-
Hasil Liga Champions: Kalahkan Bayern Muenchen, Arsenal Kokoh di Puncak Klasemen
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
Terkini
-
Stop Jilat Bibir! Ini 6 Rahasia Ampuh Atasi Bibir Kering Menurut Dokter
-
Alarm Kesehatan Nasional: 20 Juta Warga RI Hidup dengan Diabetes, Jakarta Bergerak Melawan!
-
Panduan Memilih Yogurt Premium untuk Me-Time Sehat, Nikmat, dan Nggak Bikin Bosan
-
Radang Usus Kronik Meningkat di Indonesia, Mengapa Banyak Pasien Baru Sadar Saat Sudah Parah?
-
Stop Diet Ketat! Ini 3 Rahasia Metabolisme Kuat ala Pakar Kesehatan yang Jarang Diketahui
-
Indonesia Darurat Kesehatan Mental, Kasus Terbanyak: Depresi, Anxiety, dan Skizofrenia
-
Rekomendasi Vitamin untuk Daya Tahan Tubuh yang Mudah Ditemukan di Apotek
-
Horor! Sampah Plastik Kini Ditemukan di Rahim Ibu Hamil Indonesia, Apa Efeknya ke Janin?
-
Kebutuhan Penanganan Kanker dan Jantung Meningkat, Kini Ada RS Berstandar Global di Surabaya
-
Waspada Ibu Hamil Kurus! Plis Kenali Risikonya dan Cara Aman Menaikkan Berat Badan