Suara.com - Terungkap, Ini Penyebab Serangan Jantung Rentan Terjadi di Waktu Subuh
Penyakit jantung masih jadi penyebab utama kematian di Indonesia. Menurut data WHO di 2016 sekitar 35 persen kematian di Indonesia disebabkan karena penyakit jantung.
Tapi masalahnya kalau sudah terkena gagal jantung, maka keselamatannya akan sangat bergantung pada waktu terbaik atau periode golden time yang harus mendapat penanganan dalam 12 jam setelah serangan.
Di antara semua waktu, ternyata serangan jantung biasa terjadi di waktu subuh dan pagi hari saat orang-orang baru akan memulai aktivitas. Menurut Kardiolog dr. Siska Suridanda Danny, SpJP(K) ini terjadi karena pagi hari tubuh mengeluarkan irama sirkadain, di mana kita harus melakukan aktivitas.
"Kenapa sering terjadi di pagi hari, karena memang penelitiannya menyatakan demikian, bahwa tubuh manusia ada yang namanya irama sirkadian, jadi di pagi hari itu hormon energik, yang membuat kita bergerak, membuat kita aktif naik kadarnya," ujar dr. Siska di Hotel Shangri-La, Sudirman, Jakarta Selatan, Kamis (28/11/2019).
Pada saat irama sirkadain bekerja, aliran darah juga akan meningkat drastis, dan memacu jantung berdetak. Tapi saat adanya masalah pada jantung seperti tersumbat dan sebagainya, maka yang terjadi jantung tidak memompa, alhasil terjadi serangan jantung.
"Sekitar jam 4 subuh, dan di titik itu juga tekanan darah kita umumnya paling tinggi, detak jantung kita mulai cepat, jadi di titik itulah kita rentan terhadap terjadinya sesuatu serangan jantung," jelasnya.
"Iramanya di situ tubuh kita mulai naik iramanya, mulai membangunkan organ-organ yang tidur, dan memang sering kali (serangan jantunh) terjadi di waktu itu di fase tersebut," sambungnya.
Baca Juga: Sudah Pasang Ring, Bisakah Pasien Terkena Serangan Jantung Lagi?
Adapun gejala-gejala serangan jantung, seperti sesak napas seolah ada benda besar yang menghantam, keringat dingin dengan cepat.
Tapi sayangnya, kebanyakan orang menganggap ini sebagai masuk angin. Alhasil lebih dari 12 jam terlewati dan tidak mendapat pertolongan, maka risiko kematianlah yang terjadi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 20 September: Klaim Pemain 110-111 dan Jutaan Koin
- Nasib Aiptu Rajamuddin Usai Anaknya Pukuli Guru, Diperiksa Propam: Kau Bikin Malu Saya!
- Korban Keracunan MBG di Yogyakarta Nyaris 1000 Anak, Sultan Akhirnya Buka Suara
- Momen Thariq Halilintar Gelagapan Ditanya Deddy Corbuzier soal Bisnis
Pilihan
-
Rapor Dean James: Kunci Kemenangan Go Ahead di Derby Lawan PEC Zwolle
-
Nostalgia 90-an: Kisah Tragis Marco Materazzi yang Nyaris Tenggelam di Everton
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan Memori 256 GB Terbaru September 2025
-
Perbandingan Spesifikasi Redmi 15C vs POCO C85, Seberapa Mirip HP 1 Jutaan Ini?
-
Rapor Pemain Buangan Manchester United: Hojlund Cetak Gol, Rashford Brace, Onana Asisst
Terkini
-
Event Lari Paling Seru! 8.500 Pelari Pulang Happy dengan Goodie Bag Eksklusif
-
Manfaat Donor Darah Kurang Maksimal Tanpa Peralatan Pendukung Terbaik
-
Awas, Penyakit Jantung Koroner Kini Mulai Serang Usia 19 Tahun!
-
Anak Rentan DBD Sepanjang Tahun! Ini Jurus Ampuh Melindungi Keluarga
-
Main di Luar Lebih Asyik, Taman Bermain Baru Jadi Tempat Favorit Anak dan Keluarga
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia
-
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
-
Rahasia Hidup Sehat di Era Digital: Intip Inovasi Medis yang Bikin Umur Makin Panjang
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025