Suara.com - Selain faktor risiko kesehatan yang besar, orang dengan HIV/AIDS (ODHA) juga sering menghadapi stigma negatif masyarakat yang keliru dan pemahaman salah lainnya tentang penularan virus HIV. Terutama pada kelompok anak dengan HIV/AIDS (ADHA).
“Tidak masalah apa pun yang menyebabkan mereka menerima virus itu, tidak boleh dijauhi tapi kita rangkul,” ujar Asisten Deputi Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat dan Pornografi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Ciput Eka Purwianti.
Ciput menambahkan, selama ini, ADHA maupun ODHA menerima stigma yang akhirnya menimbulkan beberapa diskriminasi seperti pembatasan akses terhadap sosial politik, ekonomi bahkan pendidikan.
Kemen PPPA memiliki tugas untuk memastikan ADHA tidak menerima diskriminasi dan mendapat perlindungan dari negara, masyarakat dan terutama keluarga.
Dalam rangka Peringatan Hari AIDS Sedunia 2019, Kemen PPPA menggelar sosialisasi bertajuk Kilau Generasi Bebas HIV dan AIDS dengan tema Masyarakat yang Membuat Perubahan yang dikemas dalam berbagai kegiatan seperti senam bersama, games berhadiah, flash mob, serta Power Talk sebagai ruang edukasi dan diskusi bagi masyarakat di sekitar area Car Free Day Sudirman, Minggu (08/12/2019).
“Acara ini diselenggarakan, karena banyak anak-anak yang bukan keinginan mereka lantas terinfeksi HIV menerima stigma yang luar biasa berat sehingga mereka di diskriminasi. Bahkan beberapa kasus, ada anak yang tidak boleh sekolah, dikeluarkan dari sekolah, itu yang ingin kita lindungi,” jelas Ciput.
Tahun 2018, jumlah kasus HIV/AIDS yang ditemukan sebanyak 46.659 (Data Kemenkes) dengan 1320 kasus diantaranya adalah kasus HIV pada anak.
Banyaknya jumlah kasus ini perlu mendapat perhatian masyarakat terutama dari segi penghapusan stigma dan diskriminasi.
“Itu yang kita harapkan, masyarakat mengubah cara pandangnya, bahwa ODHA dan ADHA itu bisa diobati, sembuh mungkin tidak karena virusnya menetap seumur hidup dalam tubuh di aliran darahnya, tapi dia bisa diobati dan dia punya harapan hidup yang sama dengan orang yang sehat,” kata Ciput.
Baca Juga: Puger Mulyono, Sosok Pendobrak Stigma tentang Anak Penderita HIV/AIDS
Dalam diskusi Power Talk dengan tema yang menghadirkan empat narasumber diantaranya Asisten Deputi Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat dan Pornografi Kemen PPPA, Ciput Eka Purwianti, Pengurus Yayasan AIDS Indonesia Bernard, Wakil Ketua Gerakan Komite Gerakan Nasional Anti Narkoba (GANAS ANNAR) Majelis Ulama Indonesia Dr.
Titik Haryati dan Putri Cherry sebagai salah seorang ODHA, keempatnya sepakat menyebut bahwa pentingnya peran dan perubahan pola pikir masyarakat sebagai salah satu kunci agar ODHA dan ADHA dapat terus hidup.
“Pada intinya sebenarnya adalah stigma dan diskriminasi. Orang takut tes HIV karena takut mendapat stigma, bullying, atau dianggap melanggar norma dan budaya. Intinya, untuk kita yang sudah mendapat edukasi, tugasnya bukan hanya mencegah untuk diri kita sendiri dan keluarga, tetapi juga harus menyebarkan informasi yang tepat sehingga stigma dan diskriminasi itu berhenti,” ujar Bernard, Pengurus Yayasan AIDS Indonesia.
Pernyataan Bernad pun didukung oleh Ciput. “Justru yang membuat mereka kuat dan mau berobat teratur itu adalah dukungan dari lingkungan terkecil mulai dari keluarga, dan masyarakat dan juga sekolah, bagi anak-anak khususnya,” tambah Ciput.
Berita Terkait
-
Ternyata di Bekasi Banyak Suami Homoseksual, Para Istri Harus Hati-hati
-
3 Berita Kesehatan: Hari AIDS, Tren Jemur Anus, dan Atasi Asam Lambung
-
5 Berita Kesehatan dan Lifestyle: Hari AIDS Sedunia, Tren Make Up 2020
-
Hari AIDS Sedunia, Ketahui Mitos yang Salah Kaprah Soal Penularan HIV
-
Hari Anak Internasional, Menteri Bintang Ajak Anak Belajar di Luar Kelas
Terpopuler
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Bukan Akira Nishino, 2 Calon Pelatih Timnas Indonesia dari Asia
- Diisukan Cerai, Hamish Daud Sempat Ungkap soal Sifat Raisa yang Tak Banyak Orang Tahu
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
Pilihan
-
Makna Mendalam 'Usai di Sini', Viral Lagi karena Gugatan Cerai Raisa ke Hamish Daud
-
Emil Audero Akhirnya Buka Suara: Rasanya Menyakitkan!
-
KDM Sebut Dana Pemda Jabar di Giro, Menkeu Purbaya: Lebih Rugi, BPK Nanti Periksa!
-
Mees Hilgers 'Banting Pintu', Bos FC Twente: Selesai Sudah!
-
Wawancara Kerja Lancar? Kuasai 6 Jurus Ini, Dijamin Bikin Pewawancara Terpukau
Terkini
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan
-
Bikin Anak Jadi Percaya Diri: Pentingnya Ruang Eksplorasi di Era Digital
-
Rahasia Tulang Kuat Sejak Dini, Cegah Osteoporosis di Masa Tua dengan Optimalkan Pertumbuhan!
-
Terobosan Baru! MLPT Gandeng Tsinghua Bentuk Program AI untuk Kesehatan Global