Suara.com - Medina Zein, selebgram sekaligus pengusaha yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat warganet dinyatakan positif mengonsumsi narkotika jenis amfetamin.
"Yang bersangkutan kemarin sudah kita lakukan pemeriksaan, tes urine, dia positif amfetamin. Yang bersangkutan benar sebagai pemakainya," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus di kantornya, Senin (30/12/2019).
Sebelum terjerat kasus narkotika ini, Medina juga sempat mengaku dirinya mengidap gangguan suasana hati, bipolar tipe 2.
"Kan aku sempet posting, kan aku sempet sharing sama followers aku kalau aku terkena BPD (bipolar disorder) kan... Aku sudah share di Instagram. Aku kena bipolar tipe 2, sama kayak Caca (Marshanda)," ujar Medina saat dihubungi pada Senin (23/12/2019) kemarin.
Amfetamin merupakan jenis obat stimulan yang dapat memengaruhi sistem saraf pusat untuk meningkatkan kadar dopamin di dalam otak, menurut Medical News Today.
Umumnya, obat-obatan jenis ini menghasilkan efek emosional, kognitif dan fisik karena mereka bertindak seperti adrenalin, hormon yang merupakan salah satu stimulan alami dalam tubuh.
Berdasarkan laman The Recovery Village, hubungan antara amfetamin dengan bipolar dinilai 'rumit'.
Penggunaan amfetamin tidak menyebabkan gangguan bipolar, tetapi dapat menimbulkan gejalanya. Istilah untuk kondisi ini adalah 'gangguan bipolar yang diinduksi amfetamin' dan akan berakhir ketika orang tersebut berhenti menggunakan obat tersebut.
Ini adalah hal yang berbeda. Sebab, 'gangguan bipolar yang diinduksi amfetamin' sangat berbeda dengan seorang penderita bipolar yang menggunakan amfetamin.
Baca Juga: Mengenal Amfetamin yang Dikonsumsi Medina Zein, Ketahui Bahayanya!
Meski digunakan untuk menangani Attention Deficit Disorder with Hyperactivity (ADHD), amfetamin biasanya tidak digunakan dalam terapi pengobatan gangguan bipolar karena obat ini adalah stimulan. Penggabungan ini hanya dapat memperburuk gejalanya.
Amfetamin dapat memperburuk gejala manik pada penderita gangguan bipolar. Bahkan jika mereka sudah kecanduan, gejalanya dapat bertahan lebih lama.
Diagnosis ganda, yaitu ketika seseorang didiagnosis dengan gangguan mental dan ia juga menyalahgunakan obat, umumnya memerlukan terapi intensif, seperti rehabilitasi rawat inap.
Berita Terkait
Terpopuler
- Siapa Saja 5 Pelatih Tolak Melatih Timnas Indonesia?
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Pilihan Sunscreen Wardah dengan SPF 50, Efektif Hempas Flek Hitam hingga Jerawat
- 5 Body Lotion Mengandung SPF 50 untuk Mencerahkan, Cocok untuk Yang Sering Keluar Rumah
Pilihan
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
-
Menkeu Purbaya Segera Ubah Rp1.000 jadi Rp1, RUU Ditargetkan Selesai 2027
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
Terkini
-
Data BPJS Ungkap Kasus DBD 4 Kali Lebih Tinggi dari Laporan Kemenkes, Ada Apa?
-
Camping Lebih dari Sekadar Liburan, Tapi Cara Ampuh Bentuk Karakter Anak
-
Satu-satunya dari Indonesia, Dokter Ini Kupas Potensi DNA Salmon Rejuran S di Forum Dunia
-
Penyakit Jantung Masih Pembunuh Utama, tapi Banyak Kasus Kini Bisa Ditangani Tanpa Operasi Besar
-
Nggak Sekadar Tinggi Badan, Ini Aspek Penting Tumbuh Kembang Anak
-
Apoteker Kini Jadi Garda Terdepan dalam Perawatan Luka yang Aman dan Profesional
-
3 Skincare Pria Lokal Terbaik 2025: LEOLEO, LUCKYMEN dan ELVICTO Andalan Pria Modern
-
Dont Miss a Beat: Setiap Menit Berharga untuk Menyelamatkan Nyawa Pasien Aritmia dan Stroke
-
Jangan Tunggu Dewasa, Ajak Anak Pahami Aturan Lalu Lintas Sejak Sekarang!
-
Menjaga Kemurnian Air di Rumah, Kunci Hidup Sehat yang Sering Terlupa