Suara.com - Jumlah Pasien Virus Corona Meningkat, Kemenkes Duga Ini Penyebabnya
Jumlah pasien yang sakit karena terinfeksi virus corona terus meningkat. Hingga Senin (3/2) tercatat sekitar 17 ribu lebih kasus pesakitan akibat infeksi virus corona 2019-nCoV di seluruh dunia.
Dirjen P2P, dr. Anung Sugihantono, M.Kes mengatakan, meningkatnya kasus penularan virus corona diduga karena intensitas kontak dekat yang terjadi antara orang tertular dengan orang lain.
Ia juga memaparkan bagaimana 3 jenis kontak dekat yang diduga menjadi penularan virus. "Sampai saat ini sebagaimana yang saya sampaikan. Kita masih mendapatkan informasi bahwa penularannya masih menggunakan close contact (kontak dekat)," kata Anung di Gedung Kemenkes, Senin, (3/2/2020).
Ia menuturkan, tiga kontak dekat tersebut bisa melalui droplets (percikan cairan), airborne (udara) dan mukosa (sentuhan kulit, misalnya pada lubang hidung, bibir, telinga, daerah kemaluan, dan pada anus).
"Kontak dekat ini masih ada banyak versi. Melalui droplets atau percikan, lalu kedua melalui airborne tapi ini juga belum terkonfirmasi 100 persen. Lalu ada yang mengatakan kontak mukosa," lanjutnya.
Kontak mukosa, papar Anung, bisa terjadi misalkan seseorang yang terinfeksi virus corona, menggaruk matanya lalu bersalaman dengan orang lain menggunakan tangan yang sama.
Saat itulah virus tertransfer ke tangan orang lain. Orang lain tersebut, pada akhirnya menggaruk mata atau makan dengan tangan yang sama yang digunakan untuk bersalaman dengan pasien virus corona tanpa dibersihkan terlebih dahulu.
Selain itu, Anung juga mengatakan bahwa di luar sana, banyak ilmuwan mengatakan bahwa virus corona ini telah bermutasi hingga membuatnya lebih mudah menyebar dan menginfeksi manusia.
Baca Juga: Tangkal Hoaks Virus Corona, Kominfo Pertimbangkan Gunakan SMS
"Jadi peningkatan yang cukup besar ini banyak yang masih memperkirakan karena perubahan virulensi. Virus di Wuhan ini pada awalnya tidak terlalu ganas. Tapi setelah masuk ke orang menjadi lebih ganas dan sekarang lebih cepat menularkan ke orang lain. Jadi diduga, ada mutasi yang sangat cepat dari virus ini. Ini mirip, saya bilang mirip seperti kasus H2NI (flu babi) pada saat-saat awal," tutupnya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
Terkini
-
Asam Urat Bisa Datang Diam-Diam, Ini Manfaat Susu Kambing Etawa untuk Pencegahan
-
Kesehatan Gigi Keluarga, Investasi Kecil dengan Dampak Besar
-
Fakta Super Flu, Dipicu Virus Influenza A H3N2 'Meledak' Jangkit Jutaan Orang
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan