Suara.com - Li Wenliang, dokter China yang pertama kali memberikan peringatan bahaya tentang wabah virus corona dilaporkan telah meninggal dunia.
Ia dinyatakan meninggal pada pukul 21:30 waktu setempat dan berita itu memicu kesedihan nasional di China.
Melansir BBC News, Li Wenliang tertular virus saat bekerja di Rumah Sakit Pusat Wuhan. Dalam pos Weibo-nya dia menjelaskan bagaimana pada 10 Januari dia mulai batuk. Hari berikutnya dia demam dan dua hari kemudian dia dirawat di rumah sakit. Dia didiagnosis dengan virus corona pada 30 Januari.
Pada bulan Desember 2019, pria berusia 34 tahun itu telah mengirimkan peringatan kepada sesama petugas medis akan virus corona.
Ia memperingatkan para petugas medis agar memakai pakaian pelindung untuk menghindari infeksi.
Empat hari kemudian dia dipanggil ke Biro Keamanan Umum di mana dia disuruh menandatangani surat. Dalam surat itu dia dituduh menyebarkan desas-desus yang telah "sangat mengganggu tatanan sosial".
Namun saat wabah virus corona merebak, pihak berwenang setempat kemudian meminta maaf kepada dr. Li.
Li Wenliang bukan orang pertama yang memperingatkan dan menjadi korban keganasan sebuah virus. Sebelumnya di tahun 2003, ada Carlo Urbani, seorang spesialis penyakit menular dari Italia.
Carlo langsung terbang ke rumah sakit di Hanoi, Vietnam, ketika pneumonia misterius menumbangkan satu demi satu perawat.
Baca Juga: Sosok Dokter Li Wafat, Peringatkan Dunia soal Corona Namun Malah Dibungkam
Di sana, ia mengidentifikasi adanya Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Urbani adalah petugas WHO pertama yang mengidentifikasi berjangkitnya penyakit baru tersebut.
Ayah dari tiga anak ini kemudian menyuarakan peringatan bahaya pertama pada dunia tentang mematikannya penyakit SARS.
Karena deteksi dini penyakitnya, pengawasan global meningkat dan banyak kasus baru telah diidentifikasi dan diisolasi sebelum mereka menginfeksi staf rumah sakit lainnya. Sehingga wabah SARS tampak terkendali di Hanoi.
Jika bukan karena intuisi dr. Urbani, penyakit itu akan menyebar lebih jauh dan lebih cepat daripada yang pernah terjadi, kata pejabat kesehatan masyarakat di seluruh dunia, dilansir dari New York Times.
Sayangnya, Carlo Urbani meninggal pada tanggal 29 Maret di usia 46. Sebulan setelah melihat kasus pertamanya dan 18 hari setelah menyadari bahwa ia sendiri mengalami gejala-gejala SARS.
SARS merebak pada Februari 2003 hingga Juni 2003 dan menginfeksi lebih dari 8.000 orang dan menyebabkan 775 orang meninggal.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan