Suara.com - Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengimbau masyarakat si seluruh dunia untuk menerapkan physical distancing atau menjaga jarak fisik selama pandemi virus corona baru atau SARS-CoV-2 ini berlangsung.
Menurut WHO, menjaga jarak fisik memainkan peran penting dalam membantu mencegah penyebaran.
Ilmuwan dalam bidang matematika di Universitas Jagiellonian, Polandia, Anna Szczepanek, PhD, pun memerhatikan cara ini dan isolasi diri dapat menyelamatkan ratusan orang dari infeksi.
Jarak yang disarankan oleh WHO adalah enam kaki atau 1,8 meter. Namun, ini adalah standar paling baik yang dipahami sebagai titik referensi.
"Bukan 'garis keras' di mana Anda benar-benar terlindungi," kata ahli epidemiologi di Universitas Temple, Krys Johnson, dikutip dari Live Science.
Johnson juga mengatakan menjaga jarak dari orang-orang asing adalah tindakan yang bagus. Ketika berada di luar ruangan, jarak 1,8 meter adalah jarak minimum yang baik.
"Enam kaki adalah jarak perjalanan rata-rata tetesan pernapasan dari bersin atau batuk sebelum menempel (di permukaan) dan kemungkinan tidak akan terhirup oleh orang lain."
"Saya telah melihat perkiraan untuk jarak sosial hingga 10 kaki (3 meter) jika seseorang bersin cukup keras, tidak menutupi bersin (atau) batuk mereka."
Menurut Johnson, ini memungkinan partikel-partikel pernapasan menjadi sedikit lebih jauh saat mengendap sehingga orang lain tidak akan mengirupnya.
Baca Juga: Terapkan Physical Distancing, Layanan Ojol Jadi Seperti Inikah?
Jarak fisik yang tepat, kata Johnson, berarti tidak hanya menjaga jarak minimum tetapi juga memikirkan bagaimana kebutuhan untuk mempertahankan jarak itu memengaruhi orang lain di sekitarnya.
Namun ternyata tidak semua orang yakin bahwa 1,8 meter sudah cukup untuk menjaga jarak fisik. Seorang profesor keamanan global dan kepala Biosecurity Program di Institut Kirby, Australia, Raina MacIntyre, mengatakan ini didasarkan pada studi pada 1930-an dan 1940-an.
"Enam kaki mungkin tidak cukup aman. Aturan 3-6 kaki didasarkan pada beberapa studi dari tahun 1930-an dan 1940-an, yang sejak itu terbukti salah, tetesan dapat berjalan lebih dari 6 kaki. Namun para ahli pengendalian infeksi rumah sakit terus percaya aturan ini," jelasnya.
Maclntyre pun mengatakan, cara terbaik untuk memastikan keslamatan adalah dengan tetap di dalam rumah sebanyak mungkin, keluar rumah ketika benar-benar perlu.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Moisturizer Mengandung SPF untuk Usia 40 Tahun, Cegah Flek Hitam dan Penuaan
- PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 3 Pemain Naturalisasi Baru Timnas Indonesia untuk Piala Asia 2027 dan Piala Dunia 2030
Pilihan
-
Penculik Bilqis Sudah Jual 9 Bayi Lewat Media Sosial
-
Bank BJB Batalkan Pengangkatan Mardigu Wowiek dan Helmy Yahya Jadi Komisaris, Ada Apa?
-
Laurin Ulrich Bersinar di Bundesliga 2: Makin Dekat Bela Timnas Indonesia?
-
Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
-
4 HP 5G Paling Murah November 2025, Spek Gahar Mulai dari Rp 2 Jutaan
Terkini
-
Kisah Pasien Kanker Payudara Menyebar ke Tulang, Pilih Berobat Alternatif Dibanding Kemoterapi
-
Pengobatan Kanker dengan Teknologi Nuklir, Benarkah Lebih Aman dari Kemoterapi?
-
Data BPJS Ungkap Kasus DBD 4 Kali Lebih Tinggi dari Laporan Kemenkes, Ada Apa?
-
Camping Lebih dari Sekadar Liburan, Tapi Cara Ampuh Bentuk Karakter Anak
-
Satu-satunya dari Indonesia, Dokter Ini Kupas Potensi DNA Salmon Rejuran S di Forum Dunia
-
Penyakit Jantung Masih Pembunuh Utama, tapi Banyak Kasus Kini Bisa Ditangani Tanpa Operasi Besar
-
Nggak Sekadar Tinggi Badan, Ini Aspek Penting Tumbuh Kembang Anak
-
Apoteker Kini Jadi Garda Terdepan dalam Perawatan Luka yang Aman dan Profesional
-
3 Skincare Pria Lokal Terbaik 2025: LEOLEO, LUCKYMEN dan ELVICTO Andalan Pria Modern
-
Dont Miss a Beat: Setiap Menit Berharga untuk Menyelamatkan Nyawa Pasien Aritmia dan Stroke