Manurut AP, pada 15 Januari, atas instruksi Ma, CDC China memprakarsai respons internal siaga tingkat satu. Pada minggu berikutnya, pejabat CDC dikirim ke seluruh negeri untuk melatih petugas kesehatan, mengumpulkan dana, mengumpulkan data tentang virus, dan mengawasi pengujian laboratorium.
Bandara, stasiun bis dan kereta api di provinsi Hubei diperintahkan untuk memeriksa suhu para penumpang.
Pada 17 Januari, Wuhan secara resmi melaporkan sekitar 50 kasus, tetapi ada kemungkinan 35 kali lebih banyak jika dilihat melalui pemodelan retrospektif dari Imperial College London.
Sementara 20 Januari, Presiden Xi akhirnya memberi tahu orang-orang untuk melakukan jarak sosial dan menghindari bepergian. Kemudian, seorang ahli epidemiologi Tiongkok, Zhong Nanshan, mengatakan kepada TV pemerintah bahwa virus itu sebenarnya ditularkan di antara manusia.
Sayangnya, lebih dari 1 miliar penduduk China dan seluruh dunia menjalani kehidupan mereka seperti biasa, tidak menyadari bencana yang akan datang.
"Dalam enam hari sebelumnya (14-20 Januari), lebih dari 3.000 orang terkena virus corona di China," ujar pihak AP. Sementara pada 20 Januari, China mengonfirmasi 224 kasus virus korona. Tetapi para ahli mengatakan jumlah sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi.
"Periode ini juga menandai menjelang Tahun Baru Imlek, liburan terbesar di China, ketika jutaan orang di seluruh negeri melakukan perjalanan pulang untuk melihat keluarga mereka," tambahnya.
Menurut penelitian dari ilmuwan di Universitas Southampton Inggris yang terbit pada 13 Maret menyatakan, bahwa jika tanggal 14 Januari sudah ada tindakan, maka orang yang terinfeksi berkurang sekitar 60 persen.
"Jika pada 14 Januari pihak berwenang China mengatakan kepada orang-orang untuk tinggal di rumah, memakai masker, dan menahan diri untuk tidak bepergian, jumlah kasus mungkin telah berkurang sekitar 66 persen," tulis pihak peneliti Universitas Southampton.
Baca Juga: Ibu-ibu Korban Begal Justru Dirampok Oknum Polisi saat Pingsan di RS
"Jika mereka mengambil tindakan enam hari sebelumnya, akan ada lebih sedikit pasien dan fasilitas medis sudah cukup," kata Zuo-Feng Zhang, seorang ahli epidemiologis dari Universitas California di Los Angeles.
Tiga bulan setelahnya, per Kamis (16/4/2020), virus corona sudah mewabah ke suluruh dunia dengan 2.094.897 kasus. Sementara tingkat kematian sudah mencapai 135.569 kasus.
Berita Terkait
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 7 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Alpha Arbutin untuk Hilangkan Flek Hitam di Usia 40 Tahun
- 7 Pilihan Parfum HMNS Terbaik yang Wanginya Meninggalkan Jejak dan Awet
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
Terkini
-
K-Pilates Hadir di Jakarta: Saat Kebugaran, Kecantikan, dan Wellness Jadi Satu
-
Plak, Gusi Berdarah, Gigi Berlubang: Masalah Sehari-Hari yang Jadi Ancaman Nasional?
-
Mudah dan Ampuh, 8 Cara Mengobati Sariawan yang Bisa Dicoba
-
5 Inovasi Gym Modern: Tak Lagi Hanya Soal Bentuk Tubuh dan Otot, Tapi Juga Mental!
-
Dua Pelari Muda dari Komunitas Sukses Naik Podium di Jakarta Running Festival 2025
-
Seberapa Kuat Daya Tahan Tubuh Manusia? Ini Kata Studi Terbaru
-
Langkah Kecil, Dampak Besar: Edukasi SADARI Agar Perempuan Lebih Sadar Deteksi Dini Kanker Payudara
-
Ginjal Rusak Tanpa Gejala? Inovasi Baru Ini Bantu Deteksi Dini dengan Akurat!
-
Apotek Bisa Jadi Garda Depan Edukasi dan Deteksi Dini Stunting, Begini Perannya
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru