Suara.com - Jangan Lengah, Studi Sebut Virus Corona Covid-19 Bisa Bertahan Sampai Dua Tahun ke Depan.
Para peneliti hingga kini masih terus berupaya untuk memghentikan pandemi virus corona atau Covid-19. Namun, sebuah studi baru menyebutkan bahwa pandemi virus corona tidak akan bisa dikendalikan hingga dua per tiga populasi dunia memiliki imunitas terhadap penyakit ini.
Mereka juga menyebutkan bahwa negara-negara di dunia harus bersiap untuk kemungkinan terjadinya wabah berkala dalam dua tahun ke depan, demikian dilaporkan Fox News.
Bloomberg melaporkan adanya studi dari Center for Infectious Disease Research at the University of Minnesota mengungkapkan bahwa ada beberapa alasan mengapa Covid-19 akan sangat menantang.
Di antaranya adalah munculnya teori bahwa mereka yang tidak memiliki gejala mungkin malah menjadi yang paling menular. Secara luas diketahui bahwa tanpa penanganan pasti seperti vaksin atau obat, pemerintah akan terus membatasi interaksi sosial.
Virus corona dianggap sangat menular dan sangat berbahaya bagi orang-orang lanjut usia dan mereka yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid. Namun, Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya sedang mengupayakan untuk membuka kembali negaranya.
Terkait hal itu, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS (NIAID), Dr Anthony Fauci mengatakan bahwa dunia tidak akan kembali bisa 'normal' seperti dulu sebelum wabah.
"Jika Anda ingin kembali ke masa-masa sebelum adanya virus corona, sepertinya tidak akan mungkin terjadi dengan masih adanya ancaman."
Fauci mengatakan bahwa masyarakat perlu bersiap dengan adanya 'kemunculan kembali' di tahun depan. Itulah sebabnya para pejabat yang memerangi pandemi mendesak adanya vaksin dan uji klinis untuk intervensi terapeutik sehingga pada saat hal tersebut terjadi, kita sudah tak memerlukannya lagi.
Baca Juga: Ogah Masuk 'Rumah Hantu', 2 Pemudik Pilih Karantina di Rumah Kosong
Penulis studi tersebut juga mengatakan bahwa pandemi virus Corona Covid-19 masih dapat berlanjut dalam gelombang yang akan mencapai jauh hingga tahun 2022.
"Pesan komunikasi risiko dari pejabat pemerintah harus memasukkan konsep bahwa pandemi ini tidak akan segera berakhir dan bahwa masyarakat perlu dipersiapkan untuk kemungkinan kemunculan penyakit secara berkala selama dua tahun ke depan," tulis studi tersebut, menurut Bloomberg.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara