Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, bahwa menginfeksi relawan sehat dengan virus penyebab Covid-19 bisa mempercepat studi vaksin terhadap patogen yang mematikan.
Dilansir dari South China Morning Post (SCMP), metode penelitian semacam itu mamang berpotensi menimbulkan bahaya besar bagi subyek. Tetapi dapat dipertimbangkan dalam situasi yang mengerikan dan dengan perlindungan tertentu.
Para peneliti di seluruh dunia berlomba mengembangkan vaksin untuk melindungi terhadap virus corona yang mematikan dan memungkinkan negara-negara untuk membangun kembali ekonomi yang tertatih-tatih.
Menginfeksi relawan sehat dengan virus untuk memastikan kerja vaksin disebut dengan studi tantangan. Hal ini dapat mempercepat jalur ketersediaan vaksin ke masyarakat.
"Studi-studi tantangan dapat secara substansial lebih cepat untuk dilakukan daripada uji coba lapangan vaksin,” menurut WHO.
“Sebagian karena jauh lebih sedikit peserta yang perlu terpapar dengan vaksin eksperimental untuk memberikan perkiraan (awal) efikasi dan keamanan,” tambahnya.
Laporan tersebut menetapkan delapan kondisi yang perlu dipenuhi untuk mempertimbangkan studi tantangan, termasuk pembenaran ilmiah, penilaian manfaat potensial, dan persetujuan penuh dari subyek.
Menurut para ilmuwan yang dipimpin oleh Marc Lipsitch, ahli epidemiologi Sekolah Kesehatan Publik Harvard, menyatakan bahwa studi tantangan memiliki potensi untuk mengurangi kematian akibat virus corona di seluruh dunia. Tetapi menimbulkan potensi bahaya yang signifikan bagi para sukarelawan.
"Jelas, sukarelawan yang menantang dengan virus hidup ini berisiko menyebabkan penyakit parah dan bahkan mungkin kematian," kata mereka pada bulan Maret dalam sebuah artikel di Journal of Infectious Diseases.
Baca Juga: Pemkot Jogja Pastikan Data Penerima Bantuan COVID-19 Tidak Dobel
Vaksin biasanya diuji dalam kelompok besar dan hasilnya dibandingkan dengan kelompok orang yang tidak divaksinasi. Menunggu kedua kelompok menjadi terpapar penyakit dalam kehidupan sehari-hari yang biasa dapat memakan waktu berbulan-bulan, sementara studi tantangan akan memastikan bahwa subjek segera terkena virus.
Relawan yang ikut serta biasanya sehat, orang dewasa muda dengan risiko penyakit serius yang relatif rendah, dan akan dipantau dan dirawat.
Sebuah Yayasan 1daysooner memiliki situs web di mana orang dapat mendaftar untuk berpartisipasi dalam uji coba tantangan manusia untuk Covid-19. Hampir 14.000 sukarelawan dari 102 negara telah mendaftar.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara