Suara.com - Ilmuwan Inggris Sebut Mutasi Virus Corona Hambat Penelitian Vaksin dan Obat
Penelitian vaksin dan obat virus Corona Covid-19 menemui hambatan, setelah peneliti menyebut virus Sars-Cov-2 mengalami mutasi akibat penularan manusia ke manusia.
Dilansir Anadolu Agency, para peneliti yang digawangi oleh London School of Hygiene & Tropical Medicine (LSHTM) mengidentifikasi beberapa mutasi pada Covid-19 yang dihasilkan dari peningkatan penularan di antara manusia, yang dapat berdampak pada keampuhan vaksin atau obat untuk bekerja melawan virus.
LSHTM mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa walaupun mutasi pada virus lazim terjadi, mutasi ini berbeda karena terjadi secara bersamaan di seluruh dunia. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memberikan keuntungan pada virus.
Tim mengatakan mutasi ini harus dipantau secara ketat jika mereka mempengaruhi vaksin yang dikembangkan terhadap virus, atau membuat virus lebih agresif.
Para peneliti menganalisis mutasi di lebih dari 5.000 virus dari seluruh dunia, mencari pola yang dapat menunjukkan bahwa virus beradaptasi dengan inang manusia.
Profesor Martin Hibberd dari LSTHM mengatakan secara keseluruhan, virus tampaknya tidak bermutasi sangat banyak dan sebagian besar strain relatif mirip satu sama lain. Ini menunjukkan bahwa virus beradaptasi dengan baik pada manusia dan tidak berubah dengan cepat.
“Namun, sementara jumlah variasi genetik pada tahap pandemi ini relatif kecil, kami telah melihat beberapa yang terlihat penting bagi virus dan ini dapat memiliki implikasi penting untuk diagnostik, vaksin dan terapi,” lanjut dia.
Tim peneliti menyerukan pengawasan terus-menerus tentang bagaimana virus Covid-19 beradaptasi dan memantau bagaimana mutasi mengubah karakteristik dan penularan virus.
Baca Juga: Mutasi virus Corona Membingungkan Para Ilmuwan
Sejak pertama kali muncul di Wuhan, China, pada Desember lalu, virus korona telah menyebar ke setidaknya 187 negara dan wilayah.
Menurut data yang dikumpulkan oleh Johns Hopkins University Amerika Serikat, lebih dari 4,1 juta kasus telah dilaporkan di seluruh dunia sejak Desember lalu, dengan angka kematian melebihi 285.000 dan lebih dari 1,4 juta dinyatakan sembuh.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
Terkini
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara