Suara.com - Stres, cemas, dan takut mungkin pernah Anda alami beberapa bulan belakangan terkait pandemi Covid-19.
Menurut data terakhir yang dilansir dari Huffpost, sekitar sepertiga orang Amerika menunjukkan tanda-tanda depresi klinis, kecemasan, atau keduanya. Dan untuk mengatasi hal itu, mungkin diperlukan bantuan dari seorang profesional, entah psikolog, psikiater, atau hanya terapis.
“Sekarang setelah telehealth diadopsi secara luas, saya berharap lebih banyak orang akan beralih ke penyedia kesehatan mental lebih cepat," kata Ariana Mufson, pekerja sosial klinis independen berlisensi di Brookline, Massachusetts.
Namun, mencari bantuan kesehatan mental bukanlah hal yang mudah. Anda perlu tahu ahli kesehatan mental seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan Anda. Apakah Anda memerlukan psikolog, psikiater, atau terapis? Apa bedanya?
Sekilas, para tenaga kesehatan mental ini tampaknya menyediakan layanan serupa, tapi ada perbedaan mencolok di antara mereka. Berikut adalah rincian kompetensi masing-masing, sehingga Anda dapat segera menentukan yang mana yang paling cocok untuk Anda.
Psikolog: Ahli psikologi yang fokus pada masalah dan manajemen kesehatan mental.
Psikolog memiliki gelar doktor di bidang psikologi, studi tentang pikiran dan perilaku manusia. Seorang psikolog dapat memiliki gelar doktor dalam bidang filsafat atau psikologi klinis atau konseling.
Yang membedakan psikolog dari penyedia kesehatan mental lainnya adalah pengetahuan dan kemampuan mereka untuk masalah kesehatan mental yang luas. Tak hanya menangani gangguan kesehatan mental, psikolog juga dapat membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan dengan masalah sehari-hari terkait dengan stres - seperti kemarahan atau kesedihan yang luar biasa, serangan panik, sakit kepala, gangguan tidur - yang menjadi sulit untuk dikelola.
Seorang psikolog sering menjadi penyedia layanan kesehatan mental ketika seorang pasien berpikir mereka mungkin memerlukan evaluasi untuk gejala suasana hati yang tidak dapat dijelaskan dan / atau fungsi interpersonal yang tidak efektif. Ini juga merupakan praktik standar bagi praktisi medis keluarga untuk merujuk ke psikolog sebelum meresepkan obat psikiatris, demikian dikatakan QuaVaundra Perry, seorang psikolog di Perry Psychological & Consultation Services di Rockwall, Texas.
"Seorang psikolog terampil dalam wawancara klinis dan evaluasi psikologis yang komprehensif untuk mengonfirmasi dan mengesampingkan diagnosis penyakit mental," kata Perry. "Sesi ini berguna membantu orang memahami gejala mereka, karena sebagian besar pengalaman orang tidak sejelas deskripsi buku teks."
Baca Juga: Perlukah Selalu Mengikuti Berita Viral di Media Sosial? Ini Kata Psikiater
Setelah formulasi dibuat tentang gejala dan rencana perawatan yang komprehensif dikembangkan, psikolog biasanya akan melompat ke pemanfaatan perawatan berbasis bukti, seperti terapi perilaku kognitif, kata Perry.
Untuk menjadi seorang psikolog, seperti dikutip dari Hello Sehat, seseorang harus mengenyam pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi. Setelah itu, ia harus melanjutkan ke jenjang berikutnya, yaitu program profesi untuk mempelajari secara langsung dan mempraktikan kerja psikolog. Bidang pekerjaan psikologi yang paling dekat dengan psikiater adalah psikologi klinik.
Pada bidang ini, psikolog menangani kasus-kasus kejiwaan, mendiagnosis gejala psikologis pasien, dan melakukan psikoterapi sebagai bentuk penanganannya. Itu sebabnya, psikolog berkompeten untuk melakukan beberapa tes psikologi yang kemudian hasilnya diinterpretasikan sebagai jawaban dari masalah yang dialami oleh pasiennya. Misalnya tes IQ, minat bakat, tes kepribadian, dan lain sebagainya.
Tapi, psikolog tidak bisa meresepkan obat-obatan, karena dalam menangani kasus kejiwaan mereka berfokus pada terapi psikososial untuk mengendalikan perilaku, pikiran, dan emosi pasien.
Aimee Daramus, seorang psikolog di Chicago, juga mencatat bahwa di beberapa negara bagian di AS, termasuk Illinois, New Mexico, Iowa, Idaho, dan Louisiana, para psikolog dapat meresepkan berbagai obat kesehatan mental yang terbatas jika mereka memiliki gelar master tambahan dalam psikofarmakologi. Tetapi biasanya praktik ini jarang terjadi.
Psikiater: Dokter spesialis yang mendalami ilmu kesehatan jiwa dan perilaku (psikiatri).
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!