Suara.com - Putus cinta ternyata memiliki dampak sendiri bagi sistem fungsional pada otak. Hal tersebut dinyatakan dalam sebuah studi neuroimaging mengidentifikasi komunikasi seluruh otak yang abnormal pada pasien dengan depresi setelah putus hubungan.
Dilansir dari Medicalxpress, penelitian itu diterbitkan dalam jurnal NeuroImage edisi online pada tanggal 26 Mei. Studi ini menyelidiki apakah ada perbedaan individu dalam keparahan gejala depresi setelah mengalami gangguan dalam hubungan yang dikaitkan dengan perubahan dalam keadaan dinamika seluruh otak.
Penelitian ini dipimpin oleh Sonsoles Alonso Martínez di bawah pengawasan Gustavo Deco, seorang profesor penelitian ICREA Departemen Teknologi Informasi dan Komunikasi (DTIC) dan direktur Pusat Otak dan Kognisi (CBC) di UPF. Studi juga dilakuakan bersama dengan anggota pusat penelitian di universitas Eropa Groningen (Belanda), Oxford (Inggris), Aarhus (Denmark) dan Minho (Braga, Portugal).
"Dalam penelitian ini, kami menyelidiki kompleksitas dinamis otak saat istirahat dengan menerapkan kerangka pengapian intrinsik ke dataset 69 peserta dengan berbagai tingkat gejala depresi setelah putusnya hubungan," kata Deco.
"Kami berhipotesis bahwa tingkat yang lebih tinggi dari laporan gejala depresi berhubungan dengan berkurangnya integrasi dan berkurangnya variabilitas spatiotemporal dalam organisasi fungsional otak," kata Deco.
Analisis pengapian intrinsik yang diusulkan oleh Deco dan Kringelbach (2017), mencirikan tingkat integrasi dalam otak yang dihasilkan dari peristiwa spontan yang timbul dari waktu ke waktu. Peristiwa-peristiwa ini mengungkapkan kemampuan daerah tertentu untuk memulai penyebaran aktivitas saraf ke daerah lain, memunculkan berbagai tingkat integrasi di otak.
Pada gilirannya, integrasi mencerminkan kapasitas otak untuk saling berhubungan dan bertukar informasi.
"Kami menyelidiki apakah keparahan gejala depresi pada individu non-klinis dikaitkan dengan perubahan dalam kompleksitas dinamis otak saat istirahat," catat para penulis.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa keparahan gejala depresi (dalam penelitian ini menunjuk pada orang yang putus cinta) dikaitkan dengan defisit kemampuan otak untuk mengintegrasikan dan memproses informasi secara global dari waktu ke waktu.
Baca Juga: Hadirnya Tenaga Kerja Asing Justru Untungkan Daerah
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 5 HP Murah RAM 8 GB Memori 256 GB untuk Mahasiswa, Cuma Rp1 Jutaan
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Sunscreen Terbaik Mengandung Kolagen untuk Usia 50 Tahun ke Atas
- 8 Lipstik yang Bikin Wajah Cerah untuk Ibu Rumah Tangga Produktif
Pilihan
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
Terkini
-
Terobosan Regeneratif Indonesia: Di Balik Sukses Prof. Deby Vinski Pimpin KTT Stem Cell Dunia 2025
-
Peran Sentral Psikolog Klinis di Tengah Meningkatnya Tantangan Kesehatan Mental di Indonesia
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG