Suara.com - Virus corona Covid-19 rupanya memberikan dampak jangka panjang bahkan bagi pasien positif yang sudah sembuh.
Sebelumnya, banyak yang menyebutkan pasien berusia muda berisiko rendah mengalami komplikasi serius dari penyakit tersebut. Namun penemuan terbaru membantah klaim tersebut.
Baru-baru ini, pasien sembuh berusia 20 tahun di Chicago menjalani transplantasi paru sebagai cara untuk mengatasi kondisi yang disebut fibrosis pasca-Covid.
Ada dua kasus lain yang sama seperti dirinya, satu di China dan satunya lagi berada di Vienna. Oleh karena itu, masyarakat perlu waspadai akan dampak serius jangka panjang yang disebabkan oleh virus corona jenis baru ini.
Fibrosis pasca-Covid merupakan kondisi munculnya lubang di paru-paru. Kondisi ini juga disebut pasca-ARDS atau acute respiratory distress syndrome.
Dilansir Healthline, ARDS terjadi saat cairan menumpuk di kantung udara di paru-paru yang disebut alveoli. Kondisi ini mengurangi oksigen dalam aliran darah dan membuat organ tubuh kekurangan oksigen yang berujung pada gagal organ.
Fibrosis pasca-Covid didefinisikan sebagai kerusakan paru-paru permanen dan menimbulkan batasan fungsional parah pada pasien, seperti batuk, sesak napas, dan membutuhkan oksigen.
Terkadang, saking parahnya kondisi ini pasien sampai membutuhkan transplantasi paru-paru, seperti kasus yang terjadi di Chicago.
Kondisi ini diduga disebabkan oleh penggumpalan darah yang terjadi saat terinfeksi Covid-19. Dugaan lainnya adalah sistem imun tubuh merespons virus dengan membuat tumpukan yang menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah.
Baca Juga: Kominfo Bantah Ada Data Pasien Covid-19 yang Dicuri Peretas
Sehingga dalam dua dugaan penyebab tersebut akan berakhir sebagian paru-paru mati, lalu membentuk lubang di paru-paru.
Belum diketahui kelompok apa yang berisiko mengalami dampak jangka panjang ini. Namun melihat kasus sebelumnya, kemungkinan adalah pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit menggunakan ventilator dan mesin ECMO (extracorporeal membrane oxygenation).
Selain pada paru-paru, diketahui juga ada dampak jangka panjang lainnya, yakni ARDS, sindrom pasca rawat intensif, dan dampak pada ginjal, jantung, serta otak.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
Terkini
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara