Suara.com - Sejak awal pandemi virus corona, ilmuwan berusaha keras untuk mengembangkan vaksin Covid-19 yang efektif. Hingga kini, diketahui sudah ada ratusan calon vaksin potensial yang sedang dikembangkan, dengan 8 di antaranya sudah memasuki uji klinis terakhir.
Karena kemungkinan vaksin masih perlu waktu untuk tersedia secara global, banyak ahli mengandalkan kemanjuran antibodi dan antivirus dalam memerangi Covid-19. Inilah yang dilakukan para ahli ketika vaksin belum tersedia.
Meski antivirus tidak dapat mencegah infeksi, obat ini dijadikan 'senjata' karena dapat mencegah virus bereplikasi.
Antivirus menargetkan enzim yang dibutuhkan virus untuk menyalin genomnya (polimerase) atau untuk memotong protein yang lebih besar menjadi fragmen fungsional lebih kecil (protease).
Virus corona diketahui menggunakan protease aktif, protein utama dalam reproduksi virus, untuk menyalin dirinya sendiri.
Sebuah studi dalam Science menunjukkan sekarang ada dua kandidat obat baru yang menghambat protease SARS-CoV-2.
Peneliti menemukan bahan kimia dalam obat dapat mengikat protease dan mencegah replikasi. Salah satunya adalah bahan kimia 11a, lebih menjanjikan daripada yang lain.
Bahan kimia 11a akan segera menjalani uji coba pada manusia setelah tes pada hewan membuktikan obat ini efektif dan tidak beracun.
Antibodi monoklonal
Baca Juga: Versi Injeksi Efektif Obati Covid-19, Gilead Kembangkan Remdesivir Inhaler
Selain mengandalkan antivirus, ilmuwan juga mengembangkan antibodi monoklonal.
Dilansir The Health Site, ini adalah antibodi dikembangkan di laboratorium untuk memblokir protein lonjakan SARS-CoV-2 melekat pada reseptor sel ACE2 dalam tubuh. Hal ini memungkinkan tubuh mencegah adanya infeksi.
Satu studi baru ini di Science mengatakan mungkin ada dua antibodi yang masing-masingnya mencegah bagian berbeda dari protein lonjakan virus corona dari ikatan ke reseptor ACE2.
Sementara masing-masing antibodi itu sendiri dapat menetralkan virus, jika digabungkan akan lebih efektif dalam mencegah infeksi.
Percobaan akan segera dimulai untuk koktail antibodi ganda pada 2.000 orang di seluruh Amerika Serikat untuk kemampuannya dalam mencegah infeksi dan mengobati pasien yang berada pada tahap awal Covid-19.
Antibodi monoklonal bekerja melawan virus syncytial pernapasan, yang memiliki banyak kesamaan dengan SARS-CoV-2
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis