Suara.com - MSG atau monosodium glutamate sering dianggap memiliki efek buruk pada kesehatan. Bubuk perasa yang satu ini juga mengalami berbagai kontroversi di dunia kesehatan dan makanan.
Kontroversi MSG dimulai saat ilmuwan di Amerika Serikat pada tahun 60-an yang menyatakan, bahwa ia mengalami pusing hingga mual saat makan makanan China yang mengandung MSG.
Kemudian pada tahun 2011, sebuah studi yang dterbitkan dalam American Journal of Clinical Nutrition juga menyatakan, penyebab obesitas terbesar pada orang China adalah karena MSG.
Tetapi menurut Healthline, studi mengenai MSG yang berhubungan dengan peningkatan berat badan ini disebut lemah dan tidak konsisten. Studi ini disebut masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Dilansir dari Business Insider, MSG pertama kali ditemukan pada tahun 1908 oleh seorang ilmuwan Jepang. Ia menemukan cara untuk mengisolasi rasa umami atau gurih dalam rumput laut dengan menstabilkannya dengan natrium.
MSG kemudian menjadi populer dengan cepat, bukan hanya di Jepang tapi berbagai negara Asia lainnya. Lalu benarkah MSG seburuk itu bagi kesehatan?
Di Indonesia, MSG sering kali disebut dengan micin yang mana sering dijadikan dalang yang membuat orang bodoh atau lama dalam memproses sesuatu ke dalam otak (lemot).
Melansir dari Hello Sehat, makan micin memang bisa meningkatkan reseptor otak untuk menjadi lebih aktif. Aktivitas berlebihan inilah yang berperan dalam menyebabkan kematian neuron.
Sementara itu, neuron adalah sel saraf yang memiliki peran penting dalam menjalankan fungsi kognitif otak. Hal inilah yang jadi benang merah antara makan kebanyakan micin dan penurunan kognitif otak.
Baca Juga: Paling Enak tapi Sangat Berlemak, Ternyata Ini Manfaat Makan Kulit Ayam
Meskipun begitu, micin bukan menjadi satu-satunya dalang pembuat otak menjadi berpikir lebih lambat. Sebab faktor lain seperti kekenyangan (terlepas makanan bermicin atau tidak) juga bisa membuat Anda kehilangan fokus atau konsentrasi setelah makan.
Sebelumnya, dalam seminar "Membedah Hoax Kesehatan" yang digelar oleh Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Jakarta, Sabtu (31/3/2018), dokter Vidie Aseanto Tanessia menegaskan, bahwa konsumsi micin tidak akan menyebabkan penurunan kecerdasan pada seseorang.
"Apalagi kalau dikonsumsi dalam batas yang wajar. Itu tidak akan menyebabkan kebodohan, informasi ini tergolong hoaks," ungkap dokter Vidie Aseanto, seperti dikutip Suara.com.
Menurut dokter Vidie, rata-rata jumlah micin yang dikonsumsi masyarakat hanya 0.5 mg, yang tergolong sangat sedikit. Batas konsumsi MSG sendiri adalah 60 mg per kilogram berat badan.
"Jadi, misalkan berat badannya 50 kg, maka dosis maksimalnya adalah 50 x 60 = 3.000 miligram per hari. Kalau satu mangkuk bakso kandungan vetsinnya (msg) 0.5 mg itu masih jauh dibawah batas wajar jadi masih aman," ungkapnya.
Dengan jumlah yang tidak berlebihan, bagaimanapun msg atau micin ini tetap dinyatakan aman sebagai bahan makanan. Hal tersebut bahkan dinyatakan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS, Kementerian Kesehatan RI, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hingga Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO).
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!