Suara.com - MSG Tak Tepat Takaran Bisa Memicu Obesitas
Banyak orang menghindari konsumsi MSG alias monosodium glutamate (MSG) yang dianggap sebagai penyedap rasa pada makanan. Bahkan, para pakar kesehatan, termasuk dokter, banyak yang tidak merekomendasikan MSG.
Faktanya, dokter tidak merekomendasikan MSG bukan karena berbahaya, melainkan pola penggunaan atau takaran MSG yang tidak tepat. Hal ini mengingat MSG bisa meningkatkan nafsu makan, dan ini berpotensi membuat orang ingin makan terus menerus.
"Jumlah (MSG) yang lebih akan meningkatkan nafsu makan. Akibatnya, nggak bisa berhenti, makannya banyak. Padahal ada satu hormon di dalam tubuh kita yang namanya leptin, ini yang mengontrol rasa kenyang," ujar pakar gizi Prof. Dr. Nurpudji A Taslim, MPH, SpGK(K), dalam acara edukasi bersama PT Sasa Inti di Jakarta Selatan, Rabu (5/2/2020).
Prof. Nurpudji melanjutkan, jika kita terus-menerus makan dengan penyedap, itu artinya kita terpicu ingin makan terus, lalu hal ini memicu resistensi hormon leptin dan membuatnya tidak lagi berfungsi. Konsumsi penyedap dan ditambah konsumsi makanan tinggi garam, hal ini pada akhirnya bisa memicu obesitas yang kemudian membuat hipertensi dan diabetes.
"Makin banyak kita makan, maka kemungkinan besar kita kelebihan berat badan dan obesitas. Di sini sebenarnya yang jadi masalah bukan MSG-nya, tapi resitensi hormon leptin tadi, yang mengakibatkan munculnya sampai ke arah hipertensi," jelasnya.
Perempuan yang juga Ketua Umum PDGKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia) ini juga menyebut saat membeli makanan di pinggir jalan, seringkali kita tidak bisa mengontrol jumlah MSG yang kita konsumsi.
Dan menurut penelitian di China yang diungkap Prof. Nurpudji, perbandingan MSG dan garam ialah 1 berbanding 3. Tentu saja yang lebih banyak efeknya adalah MSG.
"Dan yang paling penting adalah dosis yang diberikan, yang paling aman itu berapa per kilogram berat badan," ungkapnya.
Baca Juga: Catat, Tiga Potensi Manfaat MSG Bagi Kesehatan Tubuh Anda
"Ini bisa dilihat bahwa penelitian yang dilakukan pada anak-anak, di sana diberikan MSG dosis berbeda, ada yang 25 ml, ada yang 50 ml diikuti selama 3 generasi, tapi ternyata tidak mengakibatkan ke arah sana (obesitas dan hipertensi," sambungnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- 5 Mobil Sedan Bekas yang Jarang Rewel untuk Orang Tua
- 5 Sepatu Lari Hoka Diskon 50% di Sports Station, Akhir Tahun Makin Hemat
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman Skechers Buat Jalan-Jalan, Cocok Buat Traveling dan Harian
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
Pilihan
Terkini
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia