Suara.com - Peneliti dan dokter terus bergerak cepat untuk segera menemukan obat yang bisa menolong pasien Covid-19. Meski bukan peruntukkannya, beberapa obat sudah diberikan kepada pasien Covid-19 sebagai terapi pengobatan.
Seperti obat peradangan dexamethasone dan beberapa obat antimalaria seperti klorokuin dan hidroksiklorokuin.
Belakangan, ditemukan juga potensi obat malaria dari pohon kina yaitu quinine sulfate. Dalam uji in vitro, obat tersebut dianggap berpotensi mengurangi gejala infeksi Covid-19.
Lalu, mengapa obat malaria cenderung berpotensi mengobati Covid-19?
Secara tegas, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran, Prof. Dr. Keri Lestari, M.Si., Apt mengatakan antara Covid-19 dengan malaria sama sekali tidak memiliki hubungan, ditambah penyebabnya juga sangat berbeda.
"Nggak ada hubungnnya antara Covid-19 dengan malaria, yang satu plaspodium (parasit), yang satu penyebabnya adalah virus, kalau penyebabnya nggak ada hubungan," ujar Prof. Keri saat dihubungi suara.com, Selasa (4/8/2020).
Bukan jenis penyakitnya yang serupa, namun menurut Prof. Keri, mekanisme kerja obat antimalaria seperti klorokuin dan quinine sulfate bisa digunakan sebagai obat darurat untuk Covid-19, pastinya setelah dilakukan serangkaian pengujian.
Alasan lain penggunaan obat ini juga karena pernah digunakan pada wabah MERS dan SARS beberapa tahun lalu.
Sehingga peneliti dan dokter mengambil hipotesis, karena Covid-19 disebabkan golongan virus yang sama dengan MERS dan SARS, lalu obat yang sama bisa digunakan untuk penyakit yang lain.
Baca Juga: Update Covid-19 Global: AS Kirim 2 Juta Hidroksiklorokuin ke Brasil
"Pernah juga ada dokter rumah sakit darurat Wisma Atlet yang menyatakan 3000-an pasien sembuh dengan klorokuin," paparnya.
Peneliti dan praktisi medis juga terus melakukan pengembangan terkait obat maupun vaksin yang bisa digunakan untuk mengatasi pandemi Covid-19.
Tapi untuk merampungkan pengembangan obat dan vaksin waktunya tidak sebentar, mereka juga berkali-kali berjibaku dengan kegagalan.
"Karena masalah kedaruratan, riset obat kan tahunan, sementara itu pasien tidak bisa menunggu harus segera ditolong," tutupnya.
Di sisi lain, pontensi obat quinine sulfate dari bahan herbal pohon kina menurut penelitian disebutkan lebih unggul dibanding klorokuin.
Selain golongan obat quinine bebas terbatas, bukan obat keras sehingga tidak perlu resep dokter. Quinine juga sudah diproduksi di dalam negeri, dengan bahan bakunya tersedia di perkebunan pohon kina di Jawa Barat.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan