Suara.com - Banyaknya informasi mengenai Covid-19 membuat sekelompok orang justru merasa sangsi dengan mana yang benar dan tidak. Pada akhirnya mereka memilih untuk tidak menerima adanya pandemi virus corona.
Penyangkalan ini terwujud dalam banyak hal, seperti menolak memakai masker hingga tetap mengadakan atau menghadiri sebuah acara besar yang sulit melakukan jarak sosial.
Psikolog klinis Eve Whitmore yang bekerja di Stow, Ohio, mengatakan bahwa ini adalah perilaku denial.
"Denial adalah konstruksi yang digunakan dalam psikologi untuk menggambarkan bagaimana orang menghadapi konstruksi realitas," tuturnya, dilansir CNN.
Ia menambahkan, para psikolog menyebut denial sebagai mekanisme pertahanan diri.
Sedangkan Mark Whitmore yang juga merupakan psikolog perkembangan dan profesor di College of Business Administration, Kent State University di Kent, Ohio, mengatakan perilaku ketidakpercayaan ini sebagai bentuk penolakan sebagai bentuk membela diri dari kecemasan.
"Ketika mereka berada dalam periode di mana ada banyak kecemasan dan itu dianggap sebagai ancaman, maka orang membangun strategi untuk melindungi diri, rasa aman dan keselamatan mereka," jelas Mark.
Menurutnya, salah satu caranya adalah menyangkal apapun sumber ancaman tersebut.
Dalam kasus ini, orang-orang membuat diri mereka menyangkal adalah wabah virus corona.
Baca Juga: Inhaler Ini Bisa Membunuh Virus Corona?
Mereka mengatakan bahwa ini berhubungan dengan cara orang-orang bereaksi terhadap situasi.
Beberapa orang menghadapi situasi dengan stres dan kecemasan, sedangkan yang lainnya melakukan itu secara lebih berpikir positif dengan memikirkan bagaimana cara mereka menghadapinya.
Baik Eve maupun Mark, mengatakan bahwa perilaku ini tidak akan membantu orang-orang tersebut untuk beradaptasi dengan sumber ancaman.
"Ini sebenarnya dapat membuat mereka memiliki peluang lebih besar dari apapun yang mengancam itu. Dalam kasus pandemi, Anda bisa jatuh sakit," tambah mereka.
Sebab, kata mereka, orang-orang ini tidak mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk melindungi diri.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
Terkini
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja