Suara.com - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Yogyakarta turun 77 persen. Penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah nyamuk yang mengandung bakteri Wolbachia.
Dilandir VOA Indonesia, Peneliti Utama World Mosquito Programme (WMP) Yogyakarta, Prof. Adi Utarini menyebut ini sebagai hasil penelitian yang menggembirakan.
"Terdapat penurunan sebesar 77 persen kasus dengue, di wilayah intervensi dengan nyamuk aedes aegypti ber-wolbachia. Arti dari angka 77 persen ini kalau kita berpikir dalam konteks penyakit menular, maka penurunan ini sangatlah berarti. Ini penurunan yang luar biasa," kata Adi Utarini dalam sesi penjelasan resmi kepada media di Yogyakarta, Rabu (26/8).
Wolbachia adalah bakteri yang hidup alami di sekitar 60-70 persen serangga, tetapi tidak ditemukan di nyamuk Aedes aegypti.
Seorang peneliti dari Australia menemukan fakta, wolbachia dapat memutus replikasi virus dengue, sehingga tidak dapat ditularkan oleh nyamuk.
Keuntungan lain, nyamuk yang sudah ber-wolbachia akan mewariskan bakteri itu ke generasi selanjutnya.
WMP Yogyakarta sendiri merupakan kolaborasi antara World Mosquito Program-Monash University, Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Yayasan Tahija.
Sejak 2011, para ahli bekerja sama dalam proyek yang awalnya bernama Eliminate Dengue Project (EDP) itu. Setelah penelitian laboratorium, pelepasan dalam skala kecil mulai dilakukan pada 2014.
WMP kemudian melanjutkan program penyebaran nyamuk ber-wolbachia pada 2017 melalui teknik randomised controlled rrial (RCT). Penelitian ini menyasar 35 dari 45 kelurahan di Kota Yogyakarta dengan populasi 312 ribu orang.
Baca Juga: 7 Nakes Positif Covid-19, IGD RS Pratama Jogja Sementara Ditutup
Dipilihlah secara acak 24 area di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, dengan dua belas memperoleh intervensi Wolbachia dan sisanya tidak.
Program pengendalian demam berdarah yang biasa dilakukan, seperti Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) tetap dilaksanakan di kedua wilayah.
Setelah periode pelepasan nyamuk ber-Wolbachia, WMP Yogyakarta memonitor 8.144 pasien yang mengalami demam, dalam rentang usia 3-45 tahun. Mereka diidentifikasi dari 18 Puskesmas di kedua wilayah.
"Diperkirakan terdapat 7 juta kasus demam berdarah setiap tahunnya. Hasil penelitian RCT tersebut menunjukkan dampak signifikan dari metode wolbachia dalam menurunkan demam berdarah di wilayah perkotaan," kata Adi Utarini.
Penelitian ini telah dilakukan di 12 negara endemik demam berdarah, namun Yogyakarta diklaim sebagai yang pertama melakukannya dalam skala kota.
Angka DBD Turun Drastis
Berita Terkait
-
4 Rekomendasi Social Space di Jogja untuk Nongkrong dan Diskusi Santai
-
Besok Diprediksi Jadi Puncak Arus Mudik Nataru ke Jogja, Exit Prambanan Jadi Perhatian
-
Cuan dari Gang Sempit: Kisah PKL Malioboro yang Sukses Ternak Ratusan Tikus Mencit
-
Lebih dari Sekadar Wangi: Bagaimana Komunitas Parfum Membangun Ruang Aman Anak Muda Jogja
-
Ironi Jembatan Kewek: Saat Jalan Ditutup, Warga Jogja Justru Temukan 'Surga' Bermain
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental