Suara.com - Beberapa bulan setelah penemuan sindrom inflamasi multisistem terkait Covid-19 pada anak-anak, pejabat kesehatan memperingatkan bahwa hal serupa dapat terjadi pada orang dewasa.
Pada Jumat awal Oktober, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC US) merilis sebuah laporan yang menggambarkan sindrom inflamasi multisistem pada orang dewasa atau Multisystem Inflammatory Syndrome in Adults (MIS-A).
Dilansir Live Science, MIS-A merupakan penyakit parah yang terjadi pada banyak organ dan menyebabkan peningkatan peradangan di tubuh.
Tetapi, saat ini sindrom tersebut sangat langka, baik pada orang dewasa maupun anak-anak. CDC baru mendeteksi kasus MIS-A pada sekitar dua lusin pasien Covid-19.
Meski begitu, laporan yang terbit dalam jurnal CDC Mordibity and Mortality Weekly Report mendesak para dokter untuk mempertimbangkan diagnosis MIS-A pada orang dewasa dengan tanda dan gejala yang kompatibel.
Sindrom Peradangan Multisistem pada Orang Dewasa
Laporan sindrom inflamasi misterius pada anak-anak pertama kali muncul pada musim semi, dan dokter menjulukinya sebagai kondisi MIS-C (Multisystem Inflammatory Syndrome in Children).
Selama musim panas, ada 27 laporan tentang sindrom serupa yang muncul pada orang dewasa. Di antara 16 kasus, pasien berusia antara 21 hingga 50 tahun. Hanya satu kasus yang dilaporkan di Inggris, sedangkan sisanya dilaporkan di AS.
Gejala yang dialami orang dewasa juga terjadi pada anak, seperti demam, gejala masalah gastrointestinal dan ruam. Beberapa melaporkan nyeri dada atau jantung berdebar-debar, dan semuanya mengalami peningkatan kadar penanda peradangan.
Baca Juga: Waspada! Klaster Keluarga Mendominasi Kasus Positif Covid-19 di Denpasar
Para penulis mencatat pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit umumnya dapat mengalami peradangan dan efek pada organ di luar paru-paru. Dalam banyak kasus, efek tersebut disertai dengan masalah pernapasan yang serius.
Namun, kondisi MIS-A pada pasien Covid-19 tidak menunjukkan gejala pernapasan serius. Bahkan, dari 16 pasien, setengahnya tidak memiliki gejala pernapasan, dan setengahnya hanya gejala ringan.
Penyebab kondisi MIS-C dan MIS-A belum diketahui. Inilah perlunya studi lebih lanjut untuk memahami penyebab pasti dari dua kondisi tersebut dan efek jangka panjangnya, kata peneliti.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan