Suara.com - Seperti namanya, penyakit langka memang jarang ditemukan. Setiap negara memiliki indikator masing-masing dalam menetapkan seseorang menderita penyakit langka.
Ketua Pusat Layanan Penyakit Langka di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo atau RSCM, Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif Sp.A(K) menjelaskan bahwa penetapan penyakit langka di sebuah negara biasanya disesuaikan dengan jumlah laboratorium yang tersedia.
"Tergantung dari negara dan jumlah laboratorium untuk mendiagnosis gejala tersebut. Seperti di Eropa, dikatakan penyakit langka jika muncul pada 1 di antara 2.000 penduduk. Sedangkan di Amerika 1 dari 1.500 penduduk," jelas dokter Damayanti dalam webinar yang diselenggarakan Yayasan MPS & Penyakit Langka, ditulis Senin (12/10/2020).
Meskipun jarang, lanjutnya, tetapi penyakit langka memiliki bermacam-macam jenis. Jumlahnya telah mencapai delapan ribu dan setiap tahun bertambah 250 penyakit baru.
"Jadi kalau digabungkan, dikatakan kalau dikumpulkan orang-orang berpenyakit langka, dia menjadi negara nomor tiga terbanyak di dunia," ucapnya.
Sementara itu di Indonesia, Damayanti menyebut diperkirakan ada 10 persen dari total penduduk atau sekitar 25 juta orang yang menderita penyakit langka.
Lanjut Damayanti, tantangan dari mengatasi penyakit langka adalah kerap terlambat untuk deteksi dini serta pengobatan yang membutuhkan biaya besar.
"Jika setiap 10 orang mengadopsi satu pasien penyakit langka, diharapkan diagnosis dini bukan masalah lagi," ujar Pakar penyakit nutrisi dan metabolik anak itu.
Ia menambahkan, paling banyak penyakit langka di Indonesia merupakan jenis Mucopolysaccharidosis II (MPS II). Kelainan genetik itu menyebabkan munculnya gangguan metabolisme karbohidrat. Sehingga tubuh tidak bisa memecah gula khusus yang membangun tulang, kulit, urat, dan jaringan lain.
Baca Juga: Punya Penyakit Langka, Kakek Alain Live Facebook saat Ajal Menjemput
Damayanti menjelaskan bahwa 80 persen pasien penyakit langka disebabkan karena kelainan genetik yang dibawa oleh kedua orangtuanya dengan 65 persen kasus menyebabkan masalah serius, mulai dari kecatatan hingga meninggal dunia.
"Sementara itu, 60 persen yang terkena anak dan 30 persen kematian anak di bawah usia 5 tahun disebabkan penyakit bawaan itu," tambahnya.
Kabar baiknya, menurut Damayanti, 5 persen penyakit langka di dunia telah ditemukan obatnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
- 8 Mobil Kecil Bekas Terkenal Irit BBM dan Nyaman, Terbaik buat Harian
- 7 Rekomendasi Parfum Lokal Aroma Citrus yang Segar, Tahan Lama dan Anti Bau Keringat
- 5 Rekomendasi Moisturizer Korea untuk Mencerahkan Wajah, Bisa Bantu Atasi Flek Hitam
Pilihan
-
Berapa Gaji Zinedine Zidane Jika Latih Timnas Indonesia?
-
Breaking News! Bahrain Batalkan Uji Coba Hadapi Timnas Indonesia U-22
-
James Riady Tegaskan Tanah Jusuf Kalla Bukan Milik Lippo, Tapi..
-
6 Tablet Memori 128 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik Pelajar dan Pekerja Multitasking
-
Heboh Merger GrabGoTo, Begini Tanggapan Resmi Danantara dan Pemerintah!
Terkini
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar
-
Cara Efektif Mencegah Stunting dan Wasting Lewat Nutrisi yang Tepat untuk Si Kecil
-
Kisah Pasien Kanker Payudara Menyebar ke Tulang, Pilih Berobat Alternatif Dibanding Kemoterapi
-
Pengobatan Kanker dengan Teknologi Nuklir, Benarkah Lebih Aman dari Kemoterapi?
-
Data BPJS Ungkap Kasus DBD 4 Kali Lebih Tinggi dari Laporan Kemenkes, Ada Apa?
-
Camping Lebih dari Sekadar Liburan, Tapi Cara Ampuh Bentuk Karakter Anak
-
Satu-satunya dari Indonesia, Dokter Ini Kupas Potensi DNA Salmon Rejuran S di Forum Dunia
-
Penyakit Jantung Masih Pembunuh Utama, tapi Banyak Kasus Kini Bisa Ditangani Tanpa Operasi Besar
-
Nggak Sekadar Tinggi Badan, Ini Aspek Penting Tumbuh Kembang Anak