Suara.com - Dari berbagai jenis, kanker hati termasuk kategori penyebab kematian akibat kanker tertinggi keempat di Indonesia. Menurut data GLOBOCAN 2018 angka kematian atau fatality rate kanker hati setinggi 8,8 persen dengan jumlah kasus sebanyak 18.468 orang.
Mirisnya pasien dengan riwayat infeksi hepatitis memiliki risiko tertinggi terserang kanker hati. Itulah mengapa pentingnya pasien hepatitis melakukan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi kanker hati, sehingga bisa ditemukan saat stadium masih dini.
“Pasien dengan riwayat hepatitis B dan C memiliki risiko kanker hati lebih tinggi. Dari 100 pasien kanker hati, 60 di antaranya akibat infeksi virus hepatitis, dan 40 karena fatty liver dan penyebab lain," ujar Dr. dr. Irsan Hasan, SpPD-KGEH, FINASIM dalam diskusi IG Live CISC, Sabtu (17/10/2020).
Mengingat 60 persen kanker hati disebabkan infeksi virus hepatitis, dan paling banyak atau sekitar 60 persen hingga 70 persen disebabkan hepatitis B. Sisanya 30 persen hingga 40 persen disebabkan virus hepatitis C.
"Khususnya pasien hepatitis B dan C, penting untuk melakukan pemeriksaan rutin setiap 6 bulan sekali untuk dapat memantau perkembangan penyakit hepatitisnya dan mendeteksi risiko kanker hati sejak dini," terang Dr. Irsan.
Semakin dini kanker hati ditemukan, maka secara optimal hasil pengobatan bisa lebih baik dan meningkatkan harapan hidup penderita kanker hati.
"Selain itu, berbagai pilihan terapi termasuk terapi target dan imunoterapi telah berkembang di dunia dan beberapa di antaranya telah tersedia di Indonesia," tutupnya.
Sekedar informasi, hepatoselular karsinoma, jadi salah satu tipe kanker hati yang paling umum terjadi,dengan risiko perburukan dan penyebab kematian tertinggi.
Pada penelitian yang dilakukan secara retrospektif antara Januari 2015 hingga November 2017 di dua rumah sakit yang memberikan pelayanan onkologi di Jakarta tercatat 282 pasien terdiagnosis hepatoselular karsinoma, dimana 23,4 persen pasien meninggal dalam rentang waktu 6 bulan.
Baca Juga: Penemu Virus Hepatitis C Dianugerahi Nobel Kesehatan 2020
Berita Terkait
Terpopuler
- Feri Amsari Singgung Pendidikan Gibran di Australia: Ijazah atau Cuma Sertifikat Bimbel?
- 7 Mobil Kecil Matic Murah untuk Keluarga Baru, Irit dan Perawatan Mudah
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
Pilihan
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
-
Heboh Kasus Ponpes Ditagih PBB hingga Diancam Garis Polisi, Menkeu Purbaya Bakal Lakukan Ini
-
Makna Mendalam 'Usai di Sini', Viral Lagi karena Gugatan Cerai Raisa ke Hamish Daud
Terkini
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan
-
Bikin Anak Jadi Percaya Diri: Pentingnya Ruang Eksplorasi di Era Digital
-
Rahasia Tulang Kuat Sejak Dini, Cegah Osteoporosis di Masa Tua dengan Optimalkan Pertumbuhan!