Suara.com - Produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik, memang masih jadi polemik di Indonesia. Alih-alih membebaskan para pengguna rokok konvensional untuk berhenti merokok, rokok elektrik juga menarik generasi yang awalnya tidak merokok, jadi menjajal rokok jenis ini.
Polemik juga semakin berkembang akibat minimnya kajian berbasis lokal terhadap rokok elektrik ini di Indonesia. Namun, peneliti dari Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP), Amaliyah, mengatakan bahwa hasil penelitian mendapati jika rokok elektrik lebih rendah jadi penyebab kanker rongga mulut.
"Hasil penelitian menunjukkan bahwa perokok aktif (rokok konvensional) memiliki jumlah inti sel kecil dalam kategori tinggi sebanyak 147,1. Adapun pengguna rokok elektrik dan non-perokok masuk dalam kategori normal yang berkisar pada angka 70 hingga 80. Jumlah inti sel kecil yang semakin banyak menunjukkan ketidakstabilan sel yang merupakan indikator terjadinya kanker di rongga mulut," ujar Amaliyah dalam acara Webinar, Selasa (20/10/2020).
Melalui penelitian yang berjudul Risk Assessment of E-Liquid dan Oral Health Findings ini, maka disimpulkan inti sel kecil yang jadi penyebab kanker, di rokok elektronik cenderung sama dengan non perokok.
Tidak hanya itu, sebagai tambahan, YPKP juga mengaku telah melakukan kajian ilmiah terkait produk termbakau alternatif bersama SkyLab-Med Yunani pada tahun lalu. Penelitian tersebut membandingkan emisi senyawa aldehida yang dihasilkan dari produk tembakau yang dipanaskan, seperti rokok elektrik, rokok melalui vaping machine, serta smoking machine.
"Hasil dari riset tersebut menunjukkan produk tembakau yang dipanaskan dan rokok elektik memiliki emisi aldehida yang jauh lebih rendah dari rokok. Artinya, risiko bagi perokok juga menurun jika mereka beralih ke produk tembakau yang dipanaskan maupun rokok elektrik," sambung Amaliya.
Temuaan yang di dapat YPKP ini juga sejalan dengan temuan luar negeri yang dilakukan Public Health England, divisi dalam Departemen Kesehatan dan Pelayanan Sosial Inggris 2018 lalu, dengan judul “Evidence Review of E-Cigarettes and Heated Tobacco Products 2018.
"Hasilnya menyatakan produk tembakau alternatif 95 persen lebih rendah risiko dibandingkan rokok konvensional," demikian pernyataan dari YPKP.
Baca Juga: Susahnya Beli Rokok di Australia, Harus dengan Resep Dokter?
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?