Suara.com - Melahirkan dengan metode operasi caesar membuat anak dua kali lipat berisiko lahir dengan penyakit asma. Hal tersebut terungkap lewat hasil penelitian kolaborasi antara Rutgers University, Copenhagen Prospective Studies on Asthma in Childhood dan University of Copenhagen Jerman.
Ini diduga terjadi karena operasi caesar membuat bayi tidak mendapatkan bakteri baik atau mikrobioma dari vagina ibu, sebagaimana diwartakan Medical Express, Kamis (12/11/2020) dan diterbitkan laman Science Translational Medicine.
Persalinan dengan metode caesar dianggap membuat anak lahir tanpa mendapatkan perlindungan dari triliunan mikroorganisme yang seharusnya masuk ke tubuh anak.
"Setiap ibu akan menurunkan mikrobioma baik ke generasi berikutnya, dan bakteri baik ini bisa didapatkan anak melalui jalan lahir dari vagina ibu, tapi tidak dengan operasi caesar," ujar peneliti sekaligus direktur Bioteknologi dan Kedokteran Lanjut Rutgers, Martin Blaser.
Tubuh bayi yang lahir lewat caesar membutuhkan waktu lebih lama untuk bisa memproduksi dan mengembangkan bakteri baik secara mandiri, tidak seperti bayi yang lahir melalui persalinan normal.
"Dan selama menunggu sistem kekebalan tubuh bekerja, mereka (bayi lahir caesar) lebih berisiko mengembangkan penyakit tertentu seperti asma. Penelitian ini memberi informasi keterkaitan kelahiran caesar dengan meningkatnya risiko asma," terang Martin.
Dalam studi ini, peneliti menganalisis kelahiran normal lewat vagina versus kelahiran operasi caesar selama satu tahun awal kehidupan pada 700 anak.
Agar lebih akurat, peneliti juga memeriksa sampel feses atau kotoran anak saat berusia satu minggu, satu bulan dan satu tahun. Ini dilakukan untuk melihat keragaman dan kematangan mikrobiota atau bakteri baik dalam tubuh anak.
Hasilnya, peneliti menemukan operasi caesar berisiko dua kali lipat penyebab anak menderita asma dan alergi lainnya di masa depan.
Baca Juga: Jawaban Risma Disebut Tak Netral dan Halalkan Segala Cara Menangkan Jagonya
Tapi setelah satu tahun risiko asma pada anak operasi caesar cenderung berkurang, jika mikrobiota usus anak sudah pulih dan matang seutuhnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?