Suara.com - Laki-laki disebut lebih rentan untuk meninggal ketika terinfeksi Covid-19. Kini, sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa kehadiran antibodi yang menyerang sistem kekebalan mungkin menjadi alasan mengapa laki-laki lebih mungkin meninggal karena kasus COVID-19 yang serius daripada perempuan.
Dilansir dari New Yor Post, antibodi yang merusak - disebut autoantibodi - ditemukan pada 10 persen dari hampir 1.000 pasien Covid-19 berusia 25 hingga 87 tahun yang telah mengembangkan pneumonia yang mengancam jiwa, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan bulan lalu di Science.
Dari 101 pasien dengan autoantibodi tersebut, 94 persen adalah laki-laki.
Autoantibodi menyerang protein sistem kekebalan yang disebut interferon - yang merespons masuknya virus ke dalam tubuh. Autoantibodi ditemukan pada pasien dengan penyakit autoimun, seperti lupus dan rheumatoid arthritis.
Dalam studi tersebut, sekitar 12,5 persen pasien Covid-19 laki-laki dengan pneumonia memiliki autoantibodi terhadap interferon dibandingkan 2,6 persen perempuan.
Sementara itu, autoantibodi hilang pada 663 pasien Covid-19 yang memiliki kasus ringan atau tanpa gejala. Sementara itu, hanya empat dari 1.227 pasien sehat yang mengalaminya.
“Ini adalah salah satu hal terpenting yang kami pelajari tentang sistem kekebalan sejak dimulainya pandemi,” Dr. Eric Topol, wakil presiden eksekutif untuk penelitian di Scripps Research di San Diego.
“Ini adalah penemuan terobosan,” tambah Topol, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.
Sabra Klein, seorang profesor mikrobiologi molekuler dan imunologi di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg, mengatakan hasilnya tidak terduga - penyakit autoimun lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki.
Baca Juga: Update Covid-19 Global: Ngeri, Kasus Penambahan Harian Capai 655 Ribu!
"Saya telah mempelajari perbedaan jenis kelamin pada infeksi virus selama 22 tahun, dan saya tidak berpikir siapa pun yang mempelajari autoantibodi mengira ini akan menjadi faktor risiko Covid-19," kata Klein.
Dia mengatakan temuan itu dapat menjelaskan mengapa pria lebih mungkin meninggal karena kasus serius Covid-19 daripada wanita.
"Anda melihat lebih banyak pria meninggal di usia 30-an, tidak hanya di usia 80-an," katanya.
Paul Bastard, salah satu penulis studi tersebut, mengatakan pengujian pasien Covid-19 untuk autoantibodi terhadap interferon dapat membantu menentukan mana yang lebih mungkin untuk terjangkit kasus serius.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
Terkini
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia
-
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
-
Rahasia Hidup Sehat di Era Digital: Intip Inovasi Medis yang Bikin Umur Makin Panjang
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional