Suara.com - Sejak awal pandemi virus corona Covid-19, semua orang sudah beranggapan orang yang lebih tua, dewasa maupun lansia paling berisiko menderita kondisi parah dan meninggal dunia.
Ternyata, data secara global justru menunjukkan 1 dari 9 anak dan dewasa muda di bawah usia 20 tahun justru terinfeksi virus corona Covid-19 dengan kondisi serius.
Saat ini, sudah ada lebih dari 500 ribu orang di Indonesia yang terkonfirmasi positif terinfeksi virus corona Covid-19. dr. Yogi Prawira, Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan 11,3 persen dari total jumlah kasus Covid-19 di Indonesia adalah anak-anak.
Secara grafik, tingkat kematian akibat virus corona di Indonesia paling banyak memang orang dewasa di atas usia 46-59 tahun dan diikuti usia 60 tahun ke atas.
Tapi, dr Yogi mengatakan tingkat kematian anak-anak akibat virus corona Covid-19 di Indonesia adalah 0.93 persen. Yogi Prawira menjelaskan artinya setiap 1 dari 107 anak Indonesia yang terinfeksi virus corona mengalami gejala kritis hingga kematian.
Adapun data anak yang meninggal akibat virus corona Covid-19 berdasarkan usianya, antara lain:
1. Sebanyak 13 persen kematian akibat Covid-19 adalah anak di bawah usia 1 bulan
2. Sebanyak 23 persen kematian akibat Covid-19 adalah anak usia sampai 1 tahun
3, Sebanyak 24 persen kematian akibat Covid-19 adalah anak usia 1-5 tahun
"Jadi, hati-hati ya karena bukan berarti (kasus virus corona) pada anak-anak itu proporsinya kecil. Tapi, kita lihat lebih dari 50 persen kasus kematian akibat Covid-19 menimpa anak-anak di bawah usia 5 tahun," kata dr. Yogi Prawira, Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam webinar "Adaptasi Kebiasaan Baru di Sekolah: Siapkah?" pada Rabu (25/11/2020).
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat pertama kasus virus corona Covid-19 di ASEAN. Bahkan tingkat kematian anak-anak akibat virus corona di Indonesia juga tertinggi se-Asia Pasifik.
Baca Juga: Tergolong Ringan, Simak 5 Efek Samping Beberapa Vaksin Covid-19 Potensial
Banyak orang mungkin masih berpikir risiko kematian akibat Covid-19 ini disebabkan oleh penyakit bawaan atau komorbid. Tapi, dr Yogi Prawira menjelaskan bahwa penyakit bawaan anak-anak dan orang dewasa berbeda.
"Orangtua harus tahu, kalau anak punya komorbid maka harus berhati-hati dan berpikir lagi. Semuanya harus dipetakan," jelasnya.
Pasalnya, 71 persen kasus Covid-19 dengan kondisi kritis pada anak-anak di Eropa justru tanpa penyakit bawaan. Yogi juga berpendapat derajat klinis infeksi virus corona ini juga masih belum jelas.
Seseorang bisa saja terinfeksi virus corona tanpa gejala. Tak lama kemudian, gejala yang dialaminya mungkin saja semakin parah hingga menyebabkan kematian.
Sehingga orangtua perlu mengetahui risiko yang dimiliki olah anaknya, dirinya sendiri dan orang di rumah yang tinggal satu atap dengan anaknya. Supaya risiko penularan virus corona Covid-19 bisa dicegah.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?