Suara.com - Dokter termasuk kelompok yang paling rentan tertular virus corona. Apalagi dokter yang ditugaskan untuk merawat pasien Covid-19 dengan penyakit penyerta atau komorbid.
Seperti yang dialami dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dr. Erika, Sp. JP. FIHA.
Hingga kini, Erika mengaku masih merasa khawatir jika dirinya akan terpapar virus corona Covid-19 dan menularkan ke keluarga di rumah.
"Jujur, rasa takut terpapar Covid-19 masih ada sampai sekarang. Namun pengalaman merawat pasien sampai melihat mereka sembuh mengalahkan rasa takut saya", cerita Erika dalam webinar Dialog Produktif dati Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Rabu (02/12/2020).
Sebagai dokter spesialis jantung, Erika seringkali bertemu pasien Covid-19 dengan masalah komorbid jantung yang kondisi kesehatannya rentan memburuk.
"Pasien Covid-19 dengan komorbid jantung dan hipertensi cukup tinggi. Pasien komorbid jantung secara otomatis menciptakan problem tersistematis yang perawatannya jauh lebih sulit daripada yang tanpa komorbid," katanya.
Erika juga bercerita bagaiman pasien Covid-19 yang diisolasi mandiri di rumah sakit tidak bisa dijenguk oleh keluarganya. Di saat yang sama, mereka akan mengalami tekanan psikologis karena jauh dari keluarga dan di kelilingi orang asing.
"Jadi kita sebagai dokter selain merawat dari sisi medis memberika obat-obatan, kita juga harus menyemangati dari sisi psikologinya. Karena pasien-pasien dengan semangat bagus, ceria, itu sangat menunjang proses penyembuhan dan mempercepat proses penyembuhan," tuturnya.
Dalam webinar yang sama, Anggota Komite Penasehat Ahli Imunisasi Nasional dari Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, SpA(K)., Msi, menjelaskan bahwa Covid-19 tidak pandang bulu.
Baca Juga: Bertambah Ratusan, RSD Wisma Atlet Hari Ini Rawat 3.355 Pasien Corona
Ia menyampaikan bahwa 60,4 persen pasien Covid-19 yang meninggal dunia, berusia 19 sampai 59 tahun. "Ini umur yang rentan karena mereka aktif di luar rumah dengan berjualan, bermain, dan segala aktivitas lainnya," ujarnya.
Soejatmiko juga menyampaikan bahwa Covid-19 bisa dicegah dengan melakukan gerakan 3T dan 3M serta cakupan vaksinasi hingga 70 persen. Dengan begitu diharapkan penularan infeksi corona akan terhambat, pandemi pun melambat, dan ekonomi akan kembali meningkat.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas