Suara.com - Banyaknya kendala selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau pembelajaran online yang dialami siswa saat belajar di rumah, membuat pemerintah memperbolehkan sekolah untuk kembali melakukan belajar tatap muka pada Januari 2021 mendatang.
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp. A(K) mempersilahkan orangtua untuk mengirimkan anaknya kembali ke sekolah, khususnya apabila anak merasa stres, memicu pernikahan dini hingga anak terancam putus sekolah.
"Apabila dalam kasus tertentu manfaat partisipasi kegiatan pembelajaran tatap muka dipandang lebih besar daripada anak tetap tinggal di rumah, misalnya dalam kasus anak terancam perlakuan salah," ujar dr. Aman dalam konferensi pers, Kamis (3/12/2020).
Meski begitu kata dr. Aman tidak lantas begitu saja mengirim anak yang bermasalah ke sekolah, perlu ada pertimbangan sebagai berikut :
1. Anak dan keluarga yang bermasalah perlu dibantu lebih dari sekedar mengizinkan.
"Anak berpartisipasi dalam kegiatan belajar tatap muka, sehingga sebaiknya masyarakat serta perangkat dan dinas terkait turut melakukan pendekatan tata laksana sesuai panduan yang berlaku," terang dr. Aman
2. Dalam membuat keputusan partisipasi anak untuk ikut pembelajaran tatap muka, sebaiknya mengacu pada kemampuan anak dalam menjalankan protokol kesehatan, kemampuan dan fasilitas sekolah untuk melaksanakan protokol kesehatan.
3. Semua pihak hendaknya bahu-membahu dari semua lapisan untuk mewujudkan rumah dan lingkungan ramah anak.
Terakhir dr. Aman juga mengingatkan jika orangtua sudah memutuskan anak akan mengikuti kegiatan belajar tatap muka, maka persiapkan segala kebutuhan penunjang anak.
Baca Juga: IDAI: Cek Dinkes Setempat Sebelum Mulai Sekolah Tatap Muka
"Seperti rencana transportasi, bekal makanan dan air minum, masker, pembersih tangan, serta persiapan tindak lanjut apabila mendapat kabar dari sekolah bahwa anak sakit," paparnya.
Orangtua juga harus mengajari anak, bagaimana mengenali diri sendiri saat sedang sakit, dari mulai gejala hingga perasaan yang dialami anak.
"Serta ajarkan anak untuk melapor kepada guru apabila diri sendiri atau teman sepertinya ada tanda dan gejala saki," imbuhnya.
Tidak lupa juga, ajarkan anak untuk berganti baju, mandi, dan membersihkan perlengkapannya setiap pulang dari sekolah, sebagaimana orang dewasa yang beraktivitas di luar rumah.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental