Suara.com - Pandemi virus corona Covid-19 tidak hanya mempengaruhi kehidupan sehari-hari, tetapi juga pengobatan medis lainnya. Penelitian baru menemukan lebih dari sepertiga penderita fibrosis paru berhenti menjalani perawatan akibat pandemi.
Sebuah studi oleh Pulmonary Fibrosis Trust menemukan bahwa latihan dan program rehabilitasi pendidikan bagi orang yang didiagnosis menderita penyakit pernapasan telah dibatalkan. Hal ini berdampak pada 37,2 persen pasien.
Sebanyak 17,6 persen pasien yang disurvei mengaku tidak bisa menjalani program rehabilitasi online atau digital yang telah ditawarkan.
Sebanyak 83 persen telah membatalkan janji medis karena virus corona Covid-19 dan 49,3 persen mengaku kesehatannya memburuk akibat tak menjalani pengobatan.
Fibrosis paru adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan dan melumpuhkah paru-paru yang menjadi rusak dan semakin sulit bernapas. Kelangsungan hidup penderita fibrosis paru-paru rata-rata 3 sampai 5 tahun.
Sekitar 70 ribu orang di Inggris terkena fibrosis paru, dengan lebih dari 32.500 orang hidup dengan bentuk lebih umum dan progresif, idiopathic pulmonary fibrosis (IPF) yang tidak diketahui penyebabnya.
Data yang muncul menunjukkan fibrosis paru bisa menjadi konsekuensi pernapasan jangka panjang akibat virus corona Covid-19.
"Fibrosis paru adalah penyakit yang mengerikan, kejam dan tidak bisa disembuhkan dengan prognosis yang lebih buruk daripada jenis kanker lainnya," kata Peter Bryce, ketua PulmonaryFibrosis Trust dikutip dari Express.
Sayangnya, banyak orang dari segala usia yang membutuhkan rehabilitasi paru akibat pandemi virus corona Covid-19. Namun, orang dengan kondisi medis lain yang membutuhkan rehabilitasi paru justru tak bisa mendapatkannya.
Baca Juga: Peneliti: 1 dari 5 Orang Tertular Virus Corona dari Anggota Keluarganya!
"Rehabilitasi paru adalah bagian penting dari penanganan fibrosis paru dan penyakit paru-paru lainnya. Dalam beberapa bentuk, ini mungkin terbukti bermanfaat bagi orang yang baru pulih dari dampak jangka panjang Covid-19," kata Kim Verry, seorang fisioterapis spesialis pernapasan klinis.
Program latihan dan pendidikan membantu pasien untuk meningkatkan penanganan sesak dan gejalanya. Tanpa semua itu, kualitas hidup mereka bisa menurun.
Meskipun banyak layanan medis telah beralih secara online, beberapa pasien tidak memiliki akses teknologi, kurang percaya diri dan pemahaman TI.
Hampir setengah atau 44 persen responden mengatakan mereka tidak merasa aman untuk meninggalkan rumah setelah nasihat perlindungan Pemerintah sebelumnya berakhir.
Berita Terkait
-
Dikira 'Lebih Aman', Dokter Paru Ungkap Vape Punya Bahaya yang Sama Ngerinya dengan Rokok
-
Atap Asbes Bisa Picu Kanker, Ini 5 Alternatif Lain yang Lebih Aman dan Awet
-
Rumah Besar, Napas yang Sempit
-
Acil Bimbo Tutup Usia 82 Tahun, Indonesia Kehilangan Maestro Musik Religi
-
Viral Ramuan 'Cuci Paru-paru' Pakai Daun Kelor, Dokter Tegaskan Itu Hoaks!
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
Terkini
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda