Suara.com - Vaksin virus corona yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi oderna direkomendasikan untuk digunakan oleh panel ahli Food and Drug Administration pada hari Kamis.
Rekomendasi itu diberikan hanya beberapa hari setelah dosis pertama suntikan Pfizer mulai diluncurkan di seluruh negeri. Demikian seperti dilansir dari New York Post.
Dalam pemungutan suara 20-0, Komite Penasihat Vaksin dan Produk Biologi Terkait setuju bahwa vaksin harus tersedia untuk membantu memerangi virus corona, yang telah menewaskan lebih dari 307.000 orang Amerika.
FDA diharapkan segera memberi lampu hijau untuk otorisasi penggunaan darurat pengambilan gambar, mengikuti rekomendasi panel bahwa manfaat vaksin Moderna lebih besar daripada risikonya bagi mereka yang berusia 18 tahun ke atas.
Rekomendasi tersebut mengikuti perdebatan selama tujuh jam mengenai keamanan dan keefektifan vaksin, termasuk menguraikan detail studi Moderna dan rencana tindak lanjut.
“Bukti yang telah dipelajari dengan sangat rinci tentang vaksin ini jauh melebihi masalah apa pun yang telah kami lihat,” kata Dr. Hayley Gans dari Stanford University Medical Center.
Pada hari Selasa, FDA mengeluarkan laporan bahwa rejimen dua suntikan Moderna telah dikonfirmasi dalam uji klinis menjadi 94 persen efektif dan sangat efektif melawan penyakit parah.
Itu tidak menyebabkan masalah keamanan besar, kata laporan itu.
Seperti vaksin Pfizer, efek samping Moderna termasuk demam, kelelahan, dan nyeri otot.
Baca Juga: MUI Segera Bahas Status Halal Vaksin Sinovac di Bahtsul Masail
Kedua vaksin menggunakan teknologi serupa dan masing-masing memerlukan dua dosis yang diberikan dengan jarak beberapa minggu. Meski begitu, para ahli mengingatkan bahwa tembakan itu tidak identik.
“Saya tidak akan berasumsi” bahwa setiap reaksi akan sama, kata kepala medis Moderna, Dr. Tal Zaks.
Kajian oleh para ahli penyakit menular, epidemiologi dan imunologi, menjadi semakin penting setelah seorang petugas kesehatan di Alaska dirawat di rumah sakit setelah mengalami reaksi alergi yang serius terhadap vaksin Covid-19 Pfizer.
Orang tersebut, yang diyakini menderita reaksi anafilaksis yang mirip dengan dua pasien di Inggris, jatuh sakit pada hari Selasa.
Berita Terkait
Terpopuler
- Operasi Zebra 2025 di Sumut Dimulai Besok, Ini Daftar Pelanggaran yang Disasar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Mobil Keluarga Bekas Paling Dicari 2025, Murah dengan Performa Mumpuni
- 5 Mobil Sedan Bekas Pajak Murah dan Irit BBM untuk Mahasiswa
- 5 Rekomendasi Smartwatch Selain Apple yang Bisa QRIS MyBCA
Pilihan
-
Aksi Jatuh Bareng: Rupiah dan Mata Uang Asia Kompak Terkoreksi
-
4 HP RAM 12 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik untuk Gamer dan Multitasker Berat
-
Perusahaan BUMN dan Badan Negara Lakukan Pemborosan Anggaran Berjamaah, Totalnya Rp43 T
-
RKUHAP Resmi Jadi UU: Ini Daftar Pasal Kontroversial yang Diprotes Publik
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
Terkini
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?