Suara.com - Pemerintah sudah mulai mendistribusikan vaksin Covid-19 Sinovac ke berbagai daerah di Indonesia. Artinya, tak berapa lama lagi kita akan melakukan vaksinasi massal.
Namun, profesor farmasi di Ohio State University Wexner Medical Center, Debra Goff, mengatakan hal itu bukan berarti kita sudah bisa melanjutkan aktivitas seperti sebelum pandemi virus corona, setidaknya pada awal vaksinasi.
"Saya pikir keyakinan orang adalah Anda mendapat vaksin dan Anda aman dan akhirnya bisa berhenti memakai masker, menjaga jarak, dan sebagainya, tapi faktanya tidak demikian," kata Goff, dilansir Business Insider.
Kenyataannya, perlu waktu untuk mempelajari seberapa baik vaksin melindungi orang-orang yang sudah vaksinasi.
Selain itu, apakah hal itu dapat mencipatakan kekebalan kawanan atau herd immunity.
"Vaksin adalah langkah pertama untuk membantu kita kembali ke keadaan normal sebelum Covid-19. Ini bukan akhir dari segalanya," sambungnya.
Pakar penyakit menular Amerika Serikat, Anthony Fauci, mengatakan perlu 75% hingga 85% orang yang divaksinasi untuk 'menyerang' virus.
Fauci dan Bill Gates sepakat bahwa hidup tidak akan 100% normal sampai seluruh dunia telah mencapai tingkat kekebalan kawanan ini.
Tetap mamakai masker dan menjaga jarak
Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Perdana, Tiga Kelompok Ini Bakal Disuntik Bareng Jokowi
Kita belum tahu apakah vaksin akan melindungi dari penularan virus corona. Sebab, baik vaksin Pfizer dan Moderna yang saat ini sudah beredar, hanya bisa melindungi kita dari Covid-19.
"Untuk saat ini, demi kebaikan sesama umat manusia, Anda harus terus memakai masker dan menjaga jarak fisik," ujar Goff.
Alasan lainnya adalah perlu waktu 10 hingga 12 hari setelah vaksinasi dosis pertama agar setengah efektif melawan virus corona di dalam tubuh.
Vaksin akan benar-benar manjur, sekitar 95%, ketika sudah pada dosis kedua. Ini pun diberikan sekitar tiga hingga empat minggu kemudian.
Selain itu, vaksin tidak 100% ampuh. Artinya, masih ada kemungkinan kecil Anda sakit Covid-19 setelah mendapat dua dosis vaksin.
"Untuk alasan itu, Anda tidak bisa menjadi angkuh dan berpikir Anda tidak mungkin sakit," tandas Goff.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Uang Jemaah Disita KPK, Khalid Basalamah Terseret Pusaran Korupsi Haji: Masih Ada di Ustaz Khalid
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 24 September 2025: Kesempatan Dapat Packs, Coin, dan Player OVR 111
- Apa Kabar Janji 50 Juta Per RT di Malang ?
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis