Suara.com - Kehilangan indra pengecap dan pembau termasuk gejala ringan infeksi Covid-19 yang paling banyak banyak terjadi. Dalam penelitian yang melibatkan lebih dari 2.500 pasien di 18 rumah sakit Eropa dan diterbitkan pada Journal of Internal Medicine, para peneliti menemukan bahwa sekitar 86 persen orang dengan kasus Covid-19 ringan mengalami kehilangan indra perasa dan penciuman mereka.
"(Disfungsi penciuman) lebih umum terjadi pada gejala Covid-19 ringan daripada gejala sedang hingga kritis," kata para peneliti dalam penelitian tersebut.
Para peneliti juga mencatat, 75-85 persen dari mereka yang kehilangan indra perasa dan pembau bisa kembali normal dalam dua bulan setelah terinfeksi. Sementara 95 persen pasien mendapatkan kembali kemampuan untuk mengecap dan mencium bebauan setelah enam bulan.
Diperkirakan 5 persen pasien masih belum mendapatkan kembali fungsi kedua indra tersebut dalam waktu enam bulan. Sebagai perbandingan, hanya sekitar 4 hingga 7 persen dari pasien Covid-19 yang bergejala sedang hingga parah mengalami kehilangan rasa dan penciuman.
Menariknya, para peneliti juga menemukan bahwa pasien Covid-19 yang lebih muda cenderung kehilangan indra perasa dan penciuman dibandingkan dengan pasien yang lebih tua. Tetapi penyebab di balik itu masih dibutuhkan analisis lebih lanjut, kata peneliti.
Sedangkan mengenai penyebab pasien dengan gejala ringan lebih mungkin kehilangan indra pengecap dan pembau, para peneliti telah memiliki jawabannya.
“Hipotesis utama yang mendasari prevalensi anosmia yang lebih tinggi pada Covid-19 ringan akan terdiri dari perbedaan dalam respon imun terhadap infeksi pada pasien ringan dan sedang hingga kritis. Dalam hipotesis ini, pasien dengan Covid-19 ringan bisa lebih baik respons imunologi lokal melalui produksi IgA lebih tinggi, yang dapat membatasi penyebaran virus ke dalam organisme. Oleh karena itu, penyebaran virus yang terbatas di tubuh inang dapat dikaitkan dengan bentuk klinis ringan dari penyakit tersebut," tertulis dalam jurnal tersebut, dikutip dari Fox News.
Namun pada kesimpulannya, penelitian masih diperlukan untuk menentukan tingkat pemulihan jangka panjang yang dialami pasien Covid-19.
Baca Juga: Lonjakan Pasien Covid-19 Tinggi, Pemkot Metro Tambah Ruang Isolasi
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Mudah dan Ampuh, 8 Cara Mengobati Sariawan yang Bisa Dicoba
-
5 Inovasi Gym Modern: Tak Lagi Hanya Soal Bentuk Tubuh dan Otot, Tapi Juga Mental!
-
Dua Pelari Muda dari Komunitas Sukses Naik Podium di Jakarta Running Festival 2025
-
Seberapa Kuat Daya Tahan Tubuh Manusia? Ini Kata Studi Terbaru
-
Langkah Kecil, Dampak Besar: Edukasi SADARI Agar Perempuan Lebih Sadar Deteksi Dini Kanker Payudara
-
Ginjal Rusak Tanpa Gejala? Inovasi Baru Ini Bantu Deteksi Dini dengan Akurat!
-
Apotek Bisa Jadi Garda Depan Edukasi dan Deteksi Dini Stunting, Begini Perannya
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien