Suara.com - Lebih dari 12.400 orang Israel terinfeksi virus corona Covid-19 meski sudah vaksinasi Covid-19 Pfizer. Banyaknya kasus ini mmicu keraguan atas kemanjuran vaksin yang disebelumnya disebut 95% efektif dalam uji klinis Fase 3.
Kementerian kesehatan Israel mengetes 189.000 orang yang sudah vaksinasi Pfizer. Hasilnya, 6,6% orang, termasuk 69 orang yang sudah mendapat dua dosis suntikan, masih dinyatakan positif terinfeksi virus corona.
Komisaris virus corona Israel, Nachman Ash, mengatakan pada awal pekan ini bahwa dosis pertama vaksin Pfizer nampaknya kurang efektif dari dugaannya, serta lebih rendah dari yang dilaporkan oleh sang produsen sendiri, yakni sekitar 52%.
Dalam dua minggu setelah dosis pertama diberikan, penerima vaksin di Israel menunjukkan tingkat infeksi yang sama dengan mereka yang belum imunisasi. Tetapi, mereka yang sudah divaksin dua kali mulai menunjukkan 33% lebih sedikit infeksi baru.
Beberapa ahli, dilansir Global Times, mengatakan kasus tersebut dapat menjadi tanda bahwa keampuhan vaksin belum tentu saka dengan data dalam percobaan. Ini juga dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti lingkungan percobaan dan populasi yang diuji.
Para ahli juga mengingatkan bahwa vaksin bukanlah obat mujarab bagi Covid-19. Orang-orang harus tetap memakai masker dan pakaian pelindung meski sudah divaksin.
Perbedaan antara dunia nyata dan lingkungan eksperimental, seperti skala peserta dan apakah penerima terus memakai masker setelah vaksinasi, juga dapat menyebabkan ketidaksesuaian dalam hasil.
Para ahli menekankan cara paling efektif untuk mencegah Covid-19 adalah masih dengan mempraktikkan perlindungan fisik, seperti mengenakan vaksin dan pakaian pelindung.
Presiden Asosiasi Industri Vaksin China, Feng Duojia, mengatakan kemungkinan kasus di Israel terjadi karena penerima vaksin yang terinfeksi belum mengembangkan kekebalan. Biasanya dibutuhkan waktu 14 hari bagi vaksin untuk membangun kekebalan yang efektif.
Baca Juga: Sehari Ganti Presiden, Infeksi Covid-19 di AS Capai 25 Juta Kasus
Fungsi utama vaksinasi adalah untuk mengurangi tingkat kejadia atau mencegah penerima mengalami Covid-19 serius, bukan mencegah infeksi virus sepenuhnya, tandas Duojia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!