Suara.com - Meninggalkan balita seorang diri dengan benda-benda asing kecil di sekitarnya bukanlah hal yang bijak. Sebab, hal itu dapat menyebabkan kecelakaan kecil, seperti yang terjadi pada balita ini.
Seorang balita laki-laki berusia tiga tahun, yang tidak disebutkan identitasnya, menelan enam magnet kecil tapi kuat dengan dua di antaranya tersangkut di tenggorokan.
Dua magnet yang tersangkut ini saling menempel satu sama lain dan menjepit jeringan di tenggorokan sang balita.
Berdasarkan laporan kasus yang terbitSelasa (19/1/2021) awal minggu ini di The Journal of Emergency Medicine, insiden ini terjadi saat sang balita diasuh oleh kakak perempuannya.
Ketika orang tuanya tahu insiden ini, mereka langsung membawa buah hatinya ke UGD.
Melansir Live Science, hasil rontgen menunjukkan ada dua manik magnet tersangkut di tenggorokan sang bocah dan empat berada di usus.
Sang balita mengalami kesulitan bernapas dan rasa sakit ringan saat menelan.
Mainan magnet manik, yang biasanya terbuat dari elemen tanah jarang (REM), dapat menimbulkan risiko parah bagi anak kecil yang mungkin tidak sengaja menelannya.
Di dalam tubuh, magnet bisa saling menempel dan menimbulkan kerusakan.
Baca Juga: Ada Balita di Dalam Mobil Curian, Maling Cari Korban Sambil Ngomel
Misalnya, magnet dapat menarik satu sama lain melalui saluran pencernaan dan berpotensi merobek lubang di dinding usus.
Setelah diperiksa, sang balita langsung dilarikan ke ruang operasi. Dokter memasukkan penjepit logam agar magnet dalam menempel pada penjepit. Untungnya, sang dokter dapat menariknya dari tenggorokan dan sang balita tidak mengalami cedera.
Tetapi sang balita harus tinggal di rumah sakit semalam untuk observasi.
Selama di rumah sakit, dokter tidak melihat balita itu mengalami sakit perut dan masih bisa makan secara normal sehingga ia dipulangkan keesokan harinya. Tiga hari kemudian empat magnet dalam tubuh sang balita keluar dengan sendirinya saat buang air besar.
Di dalam laporan, penulis mencatat dokter harus bertindak cepat dalam menangani kasus ini.
"Pengenalan diri dan pengeluaran elemen tanah jarang sangat penting dalam mencegah nekrosis tekanan (kematian jaringan) dan memaksimalkan kondisi pasien," catat penulis.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis