Suara.com - Kanker serviks adalah jenis penyakit yang menyerang sel-sel serviks, yaitu bagian bawah rahim yang terhubung ke vagina.
Penyakit ini disebabkan oleh human papillomavirus (HPV), yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Meskipun sistem kekebalan tubuh berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalkan dampak virus, ia masih dapat bertahan selama bertahun-tahun, dan berubah menjadi kanker.
Meskipun kontak seksual adalah salah satu penyebab yang lebih besar, penelitian menunjukkan bahwa tidak mengikuti praktik higienis dapat menjadi faktor risiko kanker serviks. Demikian seperti dilansir dari Healthshots
Sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports mengungkapkan bahwa mereka menemukan perempuan dengan kanker atau prakanker serviks menunjukkan bakteri vagina yang berbeda, dibandingkan dengan mereka yang memiliki serviks yang sehat.
Penemuan ini juga menunjukkan bahwa mungkin ada hubungan antara 'bakteri baik dan serviks yang sehat' dan 'bakteri jahat dan peningkatan risiko kanker serviks'. Lebih lanjut, ditemukan bahwa bakteri baik digantikan oleh campuran bakteri jahat pada penderita kanker atau prakanker.
Kanker serviks terjadi ketika sel-sel serviks tumbuh tidak normal, dan berubah menjadi tumor. Sel-sel abnormal ini dikenal sebagai prakanker, dan jika mereka tumbuh dan memasuki jaringan tetangga, itu menjadi kanker serviks.
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa peningkatan bakteri yang disebut Sneathia memiliki hubungan langsung dengan HPV, prakanker serviks, dan juga kanker.
Bakteri ini sering dikaitkan dengan keguguran, persalinan prematur, vaginosis, dan masalah kesehatan lainnya. Sampai sekarang, hanya sedikit atau tidak ada penelitian tentang bagaimana fungsi Sneathia di saluran reproduksi.
Baca Juga: Dua Anak Menderita Kanker Paru-paru Akibat 'Menghirup' Sel Kanker Ibunya
Keasaman vagina juga merupakan faktor penting. Penelitian telah menunjukkan bahwa lingkungan yang kurang asam lebih rentan terhadap masalah pada serviks.
Penelitian menunjukkan bahwa bakteri berbahaya tidak tumbuh subur di lingkungan asam, di mana pH 4,5 atau lebih rendah. Tetapi ketika keasaman turun dan pH meningkat, bakteri berbahaya mendapat kesempatan untuk berkembang biak.
Berita Terkait
Terpopuler
- Sama-sama dari Australia, Apa Perbedaan Ijazah Gibran dengan Anak Dosen IPB?
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Lihat Permainan Rizky Ridho, Bintang Arsenal Jurrien Timber: Dia Bagus!
- Ousmane Dembele Raih Ballon dOr 2025, Siapa Sosok Istri yang Selalu Mendampinginya?
- Jadwal Big 4 Tim ASEAN di Oktober, Timnas Indonesia Beda Sendiri
Pilihan
Terkini
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis
-
72% Sikat Gigi Dua Kali Sehari, Kok Gigi Orang Indonesia Masih Bermasalah? Ini Kata Dokter!