Suara.com - Varian baru virus corona Covid-19 Afrika Selatan memiliki mutasi pada protein lonjakannya yang dikhawatirkan para peneliti akan terbukti kebal terhadap vaksin Covid-19 yang telah tersedia.
Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Cambridge menemukan bahwa satu kali suntikan vaksin Pfizer mungkin tidak akan merangsang respons kekebalan cukup kuat untuk memberantas strain baru virus corona di usia lebih dari 80-an.
Para ilmuwan telah menyarankan mutasi E484K pada protein lonjakan varian baru virus corona Afrika Selatan, yang digunakan untuk meningkatkan sel manusia bisa menghindari vaksin Covid-19 dengan bersembunyi dari pertahanan alami tubuh.
Baik vaksin Pfizer-BioNTech dan vaksin Moderna, semuanya akan memerlukan dua kali suntikan untuk memberikan perlindungan maksimal terhadap patogen.
Suntikan pertama vaksin akan membantu sistem kekebalan mengaktifkan kembali respons terhadap SARS-CoV-2, virus penyebab virus corona Covid-19.
Selanjutnya dilansir dari Express, suntikan kedua vaksin Covid-19 akan meningkatkan respons imun untuk memberikan perlindungan jangka panjang.
Pejabat kesehatan telah mengonfirmasi 11 orang yang tidak berpergian telah dites positif terinfeksi varian baru virus corona Covid-19 Afrika Selatan di seluruh Inggris dalam 5 atau 6 hari terakhir.
Survei the Midlands dan Hertfordshire, mengatakan bahwa strain baru virus corona ini telah ditemukan di beberapa bagian Kent, London.
Dalam upaya memeriksan penyebaran varian baru virus corona Covid-19, pemerintah telah meluncurkan kampanye pengujian yang ditargetkan.
Baca Juga: Tim WHO Sambangi Rumah Sakit Hewan di Wuhan, Apa yang Ditemukan?
Program pengujian yang ditingkatkan bertujuan untuk menjangkau 80.000 orang dalam upaya untuk mengatasi strain baru virus corona Covid-19 tersebut.
Sementara itu, para ilmuwan mengatakan bahwa varian baru virus corona Covid-19 di Inggris telah mengalami mutasi lainnya lagi.
Pengujian pada beberapa sampel menunjukkan mutasi E484K yang terlihat di varian Afrika Selatan dan Brasil menjadi perhatian khusus.
Para ahli meyakinkan bahwa sekarang ini tidak ada bukti perubahan varian baru virus corona bisa mengurangi efektivitas vaksin Covid-19.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis