Suara.com - Selama ini ada anggapan bahwa seorang yang terinfeksi virus corona biasa akan memiliki antibodi terhadap Covid-19. Tapi benarkah anggapan tersebut.
Untuk mengetahuinya, seorang Lektor Kepala Mikrobiologi di Perelman School of Medicine di University of Pennsylvania. Peneliti berna,a Scott Hensley, Ph.D., menemukan bahwa flu biasa tidak menghasilkan produksi antibodi yang melindungi terhadap virus corona baru, yaitu SARS-CoV-2.
"Kami menemukan banyak orang memiliki antibodi yang dapat mengikat SARS-CoV-2 sebelum pandemi, tetapi antibodi ini tidak dapat mencegah infeksi," kata Hensley dilansir dari Medical Express (10/02/2021).
Meskipun antibodi dari infeksi virus corona sebelumnya tidak dapat mencegah infeksi SARS-CoV-2, ada kemungkinan bahwa sel B dan sel T memori yang sudah ada berpotensi memberikan beberapa tingkat perlindungan. Dengan demikian dapat mengurangi keparahan dari penyakit Covid-19.
“Studi ini perlu diselesaikan untuk menguji hipotesis,” paparnya lagi.
Para peneliti memeriksa sampel darah sebelum pandemi dari ratusan orang.
Mereka menemukan lebih dari 20 persen dari sampel pra-pandemi ini membawa antibodi anti-CoV "reaktif silang", yang dapat mengikat tidak hanya pada CoV penyebab flu biasa tetapi juga ke situs-situs utama pada SARS-CoV-2.
Namun, antibodi reaktif silang ini tidak menetralkan infektivitas SARS-CoV-2, dan tidak adanya kaitan dengan hasil yang lebih baik pada orang yang tertular Covid-19.
Para ilmuwan menemukan dari tes darah pada kelompok yang berbeda, seperti anak-anak dan orang dewasa dengan rata-rata cenderung memiliki tingkat yang sama dari antibodi anti-CoV reaktif-silang.
Baca Juga: Studi: Selain Kelelawar, Ada Kemungkinan Sars-Cov-2 dari Trenggiling
Hal ini menyiratkan bahwa antibodi ini bukanlah faktor yang memberikan perlindungan terhadap COVID-19.
Seperti diketahui, selama lebih dari satu tahun, pandemi Covid-19 telah mengakibatkan lebih dari 100 juta infeksi yang dilaporkan lebih dari dua juta yang berakibat fatal.
Meskipun beberapa faktor risiko seperti usia sudah cukup jelas, para ilmuwan masih belum sepenuhnya memahami mengapa beberapa orang menjadi sakit parah saat tertular Covid-19, sementara yang lain lolos dengan penyakit ringan bahkan tanpa gejala.
Hipotesis yang jelas, beberapa antibodi yang ditimbulkan oleh infeksi umum ini bereaksi silang dengan virus corona baru SARS-CoV-2, yang memberikan beberapa ukuran perlindungan, setidaknya terhadap penyakit menular dari virus COVID-19.
Para peneliti menemukan bahwa sebagian besar dari 431 sampel mengandung antibodi terhadap CoV pada musim biasa. Beberapa sampel sekitar 20 persen, mengandung antibodi anti-CoV yang "reaktif silang" dengan SARS-CoV-2, yang mengikat erat ke situs protein. Hal ini, protein nukleokapsid memiliki dua protein virus corona yang paling mudah diakses oleh sistem kekebalan tubuh yang terinfeksi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- Panglima TNI Kunjungi PPAD, Pererat Silaturahmi dan Apresiasi Peran Purnawirawan
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
Pilihan
-
Investor Mundur dan Tambahan Anggaran Ditolak, Proyek Mercusuar Era Jokowi Terancam Mangkrak?
-
Desy Yanthi Utami: Anggota DPRD Bolos 6 Bulan, Gaji dan Tunjangan Puluhan Juta
-
Kabar Gembira! Pemerintah Bebaskan Pajak Gaji di Bawah Rp10 Juta
-
Pengumuman Seleksi PMO Koperasi Merah Putih Diundur, Cek Jadwal Wawancara Terbaru
-
4 Rekomendasi HP Tecno Rp 2 Jutaan, Baterai Awet Pilihan Terbaik September 2025
Terkini
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?