Suara.com - Medical Senior Manager PT Kalbe Farma Tbk, Dedyanto Henky Saputra, mengatakan pasien kanker sangat rentan mengalami gangguan gizi. Hal ini akan memengaruhi banyak hal, termasuk intervensi terapi kanker.
"Gizi itu seringkali penanganannya terlambat. Biasanya pasien sudah masuk ke status gizi yang sangat buruk sehingga pengobatan kankernya terganggu," kata Dedy, dalam Webinar "Nutrican, Nutrisi Khusus Pejuang Kanker Dukung Terapi Pasien Kanker", Kamis (25/2/2021).
Gangguan gizi atau malnutrisi pada pasien kanker terjadi akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan nutrisi dan asupan makan yang cukup.
Secara umum, tanda bahwa pasien kanker mengalami gangguan gizi adalah adanya penurunan berat badan dengan jumlah minimal 5% dalam waktu 6 bulan dari berat badan normal.
"Dampaknya massa otot mereka mengecil. Jadi, biasanya gizi yang buruk itu didahului dengan nafsu makan buruk (anoreksia), lalu menyebabkan otot mengecil (kaheksia kanker), jika semakin buruk dan tidak ditangani jadi gangguan kualitas hidup, misalnya mobilitas," sambungnya.
Dedy menjelaskan ada banyak faktor penyebab malnutrisi pada pasien kanker, yaitu:
1. Sel kanker
Sel ini akan memicu sitokin di tubuh pasien, yang justru akan menekan nafsu makan di otak pada bagian hipotalamus.
"Kalau sitokinnya tinggi, hipotalamus itu ditekan sehingga keinginan makannya hilang. Jadi kalau kita lihat, di satu sisi kebutuhan makan meningkat, di sisi yang lain terjadi anoreksia atau hilangnya nafsu makan," jelas Dedy.
Baca Juga: Bau Khas Mobil Baru Bisa Picu Kanker? Begini Hasil Risetnya
2. Terapi
Baik radioterapi maupun kemoterapi dapat menimbulkan efek samping, seperti mual, muntah, dan timbul sariawan. Hal ini menyebabkan ketidaknyamanan saat makan.
3. Psikis
Hal ini memengaruhi kondisi psikologis pasien.
"Kebanyakan (percaya) mitos. Mitos-mitos yang timbul misalnya 'kalau pasien kanker makan, akan memberi makan sel kankernya'. Seringkali menjadi ketakutan sehingga pasien akan membatasi asupannya.
Tak hanya itu, pasien kanker yang depresi dapat membuat keinginan atau motivasi untuk sembuh berkurang.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
Terkini
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara