Suara.com - Puasa intermiten, atau diet dengan makan pada jam tertentu, telah populer sejak beberapa tahun lalu. Selain menurunkan berat badan, diet tentu bertujuan mengurangi kadar lemak dalam tubuh.
Tetapi, penelitian terbaru membuktikan bahwa puasa intermiten tidak efektif untuk memangkas lemak yang ada di perut. Studi dilakukan oleh para peneliti University of Sydney di Australia dan telah terbit di jurnal Cell Reports.
Para peneliti menemukan bahwa lemak perut visceral, jaringan lemak di sekitar organ termasuk perut, sangat resisten untuk melepaskan energi selama puasa intermiten. Dengan kata lain, jenis lemak ini masuk ke dalam mode pengawetan untuk melindungi energinya dalam mengantisipasi periode puasa berikutnya.
Penelitian dilakukan terhadap tikus dan para peneliti memeriksa jenis jaringan lemak dari lokasi yang berbeda untuk memahami efek puasa.
"Dua jenis lemak visceral dan lemak subkutan (berada tepat di bawah kulit dan berhubungan dengan kesehatan metabolisme yang lebih baik) mengalami perubahan dramatis selama puasa intermiten," kata Dr. Larance, penulis studi senior, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Fox News.
Selama berpuasa, jaringan lemak berperan sebagai sumber energi bagi tubuh dengan cara melepaskan molekul asam lemak. Para peneliti menemukan bahwa visceral menjadi resisten terhadap pelepasan energi selama periode puasa itu.
"Menunjukkan bahwa lemak visceral dapat beradaptasi dengan puasa berulang dan melindungi penyimpanan energinya," imbuh Larance.
Jenis adaptasi ini kemungkinan yang menjadi penyebab lemak visceral bisa tahan terhadap penurunan berat badan meski telah diet lama.
Tikus digunakan dalam penelitian karena fisiologi mereka mirip dengan manusia. Namun, metabolismenya jauh lebih cepat, yang memungkinkan para peneliti mengamati perubahan dalam waktu yang lebih cepat.
Baca Juga: Awas! Diet Tinggi Lemak Bisa Picu Serangan Jantung
Larance menekankan bahwa penelitian itu berfokus pada puasa intermiten. Hasilnya mungkin tidak sama untuk program diet berbeda, seperti diet 5: 2 (puasa 2 hari dari 7 hari) atau pembatasan kalori.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia