Suara.com - Peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Maryland (UMSOM) telah mengidentifikasi protein paling beracun yang dibuat oleh SARS-CoV-2 (virus corona penyebab Covid-19).
Untuk mengatasinya, mereka menggunakan obat kanker yang telah disetujui BPOM AS (FDA) untuk menumpulkan dampak parah dari protein tersebut.
Dalam eksperimen terhadap lalat buah dan garis sel manusia, peneliti menemukan proses virus memasuki sel manusia dan membuat mereka dapat menguji obat potensial untuk Covid-19 parah.
Temuan ini terbit dalam dua studi secara bersamaan pada Kamis (25/3/2021) di jurnal Cell & Bioscience, melansir Medical Xpress.
"Studi kami menunjukkan ada cara untuk mencegah SARS-CoV-2 dari melukai jaringan tubuh dan membuat keparahan meningkat," kata peneliti Zhe 'Zion' Han, Ph.D., Associate Professor of Medicine UMSOM.
Han dan timnya menemukan protein virus yang disebut Orf6 merupakan paling beracun, dan protein ini mematikan sekitar setengah dari sel manusia.
Ternyata, protein tersebut menempel pada banyak protein manusia yang bertugas mengeluarkan materi dari inti sel, tempat di dalam sel yang menyimpan genom.
Setelah itu, mereka melihat obat kanker selinexor dapat memblokir sel protein manusia yang sudah terinfeksi virus.
Meski selinexor itu sendiri beracun, obat tersebut ternyata dapat meningkatkan kelangsungan hidup sel manusia sekitar 12% setelah efek tosiknya diperhitungkan.
Baca Juga: Kesembuhan Pasien Covid-19 di Kaltim Hari Minggu Ini Mendominasi
"Lebih dari 1.000 obat yang disetujui FDA sedang dalam uji klinis untuk pengobatan Covid-19, dan untungnya uji coba yang menguji selinexor, obat yang digunakan dalam penelitian kami, sudah dilakukan," sambung Han.
"Jika uji coba ini terbukti berhasil, data kami akan menunjukkan mekanisme yang mendasari mengapa obat itu bekerja," tandasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- Panglima TNI Kunjungi PPAD, Pererat Silaturahmi dan Apresiasi Peran Purnawirawan
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
Pilihan
-
Kiper Timnas Indonesia Emil Audero Puncaki Save Terbanyak Serie A
-
Investor Mundur dan Tambahan Anggaran Ditolak, Proyek Mercusuar Era Jokowi Terancam Mangkrak?
-
Desy Yanthi Utami: Anggota DPRD Bolos 6 Bulan, Gaji dan Tunjangan Puluhan Juta
-
Kabar Gembira! Pemerintah Bebaskan Pajak Gaji di Bawah Rp10 Juta
-
Pengumuman Seleksi PMO Koperasi Merah Putih Diundur, Cek Jadwal Wawancara Terbaru
Terkini
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?