Suara.com - Richard Terrell (74) asal Virginia, AS, mengalami efek samping yang sangat jarang terjadi setelah menerima vaksin Covid-19 Johnson & Johnson pada 6 Maret lalu.
Pertama, muncul ruam gatal di kulitnya, kemudian mulai merasa nyeri, kemerahan, bengkak, kemudian mulai mengelupas di sekujur tubuhnya. Ia akhirnya dirawat di rumah sakit selama lima hari.
"Saya mulai merasakan ketidaknyamanan di ketiak saya dan kemudian beberapa hari kemudian saya mulai mengalami ruam gatal, dan kemudian setelah itu mulai membengkak dan kulit saya memerah," ujar Terrell, dilansir Health.
Dalam kebanyakan kasus, orang yang mengalami ruam kulit setelah mendapatkan vaksin Covid-19 menderita kondisi yang disebut hipersensivitas kulit tertunda. Biasanya kondisi ini tidak perlu dikhawatirkan karena tidak berbahaya.
Tapi pada kasus Terrell, reaksinya jauh lebih parah karena menyebar ke seluruh tubuhnya.
"Itu perih, terbakar, dan gatal. Setiap kali saya menekuk lengan atau kaki saya, seperti bagian dalam lutut saya, itu sangat menyakitkan di tempat kulit yang membengkak dan saling bergesekan," sambungnya.
Di rumah sakit, dokter menetapkan gejala yang Terrell alami merupakan reaksi langka terhadap vaksin Covid-19 Johnson & Johnson.
"Kami mengesampingkan semua infeksi virus, kami mengesampingkan Covid-19 itu sendiri. Kami memastikan ginjal dan hatinya baik-baik saja, dan akhirnya kami sampai pada kesimpulan bahwa vaksin yang dia terima itulah penyebabnya," kata Fnu Nutan, MD, dokter kulit di Pusat Medis Virginia Commonwealth University (VCU) di Richmond.
Menurut Nutan, kondisi Terrell bisa mengancam jiwa jika tidak ditangani.
Baca Juga: Drive Thru, Pelaku Wisata di Sleman Disuntik Vaksin Covid-19 Dosis Pertama
"Kulit adalah organ terbesar di tubuh, dan ketika meradang, Anda bisa kehilangan banyak cairan dan elektrolit," sambungnya.
Dokter tidak mengetahui apakah Terrell punya riwayat alergi yang mungkin menyebabkan kondisinya itu.
Tetapi mereka menduga pasien lanjut usia ini memiliki sifat genetik langka yang dapat memicu reaksi khusus ketika berinteraksi dengan bahan-bahan dalam vaksin Johnson & Johnson.
Nutan menekankan bahwa reaksi Terrell, yang telah dilaporkan ke CDC, sangat jarang terjadi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental