Suara.com - Tingginya jumlah hoaks alias kabar bohong dan palsu menjadi masalah baru di tengah pandemi Covid-19.
Berdasarkan catatan pemerintah, saat ini ada lebih dari 150 informasi palsu dan hoaks yang beredar di masyarakat, terkait vaksinasi dan vaksin Covid-19.
Menurut Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehataan Dr. Widyawati, MKM, isu terkait kesehatan merupakan isu yang spesifik, dan dibutuhkan keahlian khusus untuk mengklarifikasi apakah informasi tersebut hoaks atau fakta.
"Maka dari itu, kami selalu menghimbau masyarakat untuk saring sebelum sebar," ungkapnya lewat webinar Melawan Hoaks dan Misinformasi Vaksinasi COVID-19, Rabu (7/4/2021).
Ia melanjutkan, informasi hoaks belakangan ini memang banyak yang menyorot kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI), bertepatan dengan berjalannya program vaksinasi nasional.
"Hoaks itu nantinya akan kita telusuri dan olah bersama. Karena isu kesehatan perlu ahli untuk klarifikasi. Apabila informasi ini salah, maka kami luruskan dengan konferensi pers," ungkapnya.
Senada dengan Widyawati, Communication for Development Specialist UNICEF Rizky Ika Safitri meyebut WHO menempatkan hoaks sebagai salah satu ancaman global bagi kesehatan masyarakat.
Sedikitnya ada lima hoaks baru yang tersebar setiap hari. Sementara itu untuk meluruskan dan klarifikasi, perlu waktu yang tidak sebentar.
"Kalau dilihat secara umum, hoaks vaksinasi terus berulang. Misalnya terkait KIPI di tahun 2017-2018 saat Kemenkes melakukan kampanye campak rubella," lanjutnya.
Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Saat Ramadan, Ganjar Siapkan Beberapa Skenario
Ia juga menyarankan agar masyarakat perlu dibekali kemampuan literasi digital, hal ini penting untuk memahami semua informasi yang bersumber dari internet, yang perlu diklarifikasi kebenarannya.
Menurutnya, masyarakat perlu diberi tahu agar tidak terpengaruh dengan hoaks yang merugikan.
"Sehingga masyarakat yang menerima hoaks sudah tahu jenis-jenisnya, dan tidak terpengaruh dengan hoaks tersebut," ungkap Rizky.
Berita Terkait
-
Sidang MKD: Ahli Hukum Warning Pelaku Hoaks, Video Uya Kuya Jadi Bukti
-
Phil Foden Jadi Korban Hoaks Manipulasi AI: Sang Anak Disebut Meninggal Dunia
-
Gen Z, Waspada! Begini Hoaks Menyerang dan Cara Menghadapinya
-
Pelajar Jakarta Jadi Duta Damai Digital, Siap Perangi Ujaran Kebencian di Media Sosial
-
Menlu Bantah Media Israel yang Sebut Prabowo akan Kunjungi Negaranya: Buktinya Kita Pulang Hari Ini
Terpopuler
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
- 8 Mobil Kecil Bekas Terkenal Irit BBM dan Nyaman, Terbaik buat Harian
- 7 Rekomendasi Parfum Lokal Aroma Citrus yang Segar, Tahan Lama dan Anti Bau Keringat
- 5 Rekomendasi Moisturizer Korea untuk Mencerahkan Wajah, Bisa Bantu Atasi Flek Hitam
Pilihan
-
Berapa Gaji Zinedine Zidane Jika Latih Timnas Indonesia?
-
Breaking News! Bahrain Batalkan Uji Coba Hadapi Timnas Indonesia U-22
-
James Riady Tegaskan Tanah Jusuf Kalla Bukan Milik Lippo, Tapi..
-
6 Tablet Memori 128 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik Pelajar dan Pekerja Multitasking
-
Heboh Merger GrabGoTo, Begini Tanggapan Resmi Danantara dan Pemerintah!
Terkini
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar
-
Cara Efektif Mencegah Stunting dan Wasting Lewat Nutrisi yang Tepat untuk Si Kecil
-
Kisah Pasien Kanker Payudara Menyebar ke Tulang, Pilih Berobat Alternatif Dibanding Kemoterapi
-
Pengobatan Kanker dengan Teknologi Nuklir, Benarkah Lebih Aman dari Kemoterapi?
-
Data BPJS Ungkap Kasus DBD 4 Kali Lebih Tinggi dari Laporan Kemenkes, Ada Apa?
-
Camping Lebih dari Sekadar Liburan, Tapi Cara Ampuh Bentuk Karakter Anak
-
Satu-satunya dari Indonesia, Dokter Ini Kupas Potensi DNA Salmon Rejuran S di Forum Dunia
-
Penyakit Jantung Masih Pembunuh Utama, tapi Banyak Kasus Kini Bisa Ditangani Tanpa Operasi Besar
-
Nggak Sekadar Tinggi Badan, Ini Aspek Penting Tumbuh Kembang Anak