Suara.com - Sejumlah anggota DPR diketahui menjadi relawan dalam uji klinis Vaksin Nusantara hari ini. Padahal diketahui para anggota DPR tersebut telah disuntik vaksin Covid-19 jenis Sinovac dalam program vaksinasi pemerintah.
Sehingga bisa dipastikan mereka telah memiliki antibodi virus corona dalam tubuhnya. Namun, jika kemudian menjadi relawan dalam uji klinik vaksin lain, justru berisiko menimbulkan hasil yang membingungkan.
"Uji klinik itu artinya suatu kandidat vaksin sedang mengalami suatu pengujian. Karena kita perlu mencari apakah kandidat vaksin betul-betul bisa memberikan efek terhadap subjek yang kita uji. Kemudian terbentuk antibodi, apakah bisa melawan infeksi dan seterusnya," jelas ahli patologi dr. Tonang Dwi Ardyanto, Sp.PK., saat dihubungi suara.com, Rabu (14/4/2021).
Dengan demikian orang yang diuji sudah dipastikan dulu sebelumnya belum memiliki antibodi. Jika orang tersebut sudah punya antibodi lalu diujikan vaksin akan menimbulkan hasil yang tidak jelas apakah misalnya antibodi yang ada ini dari hasil vaksin yang diuji atau dari sebelumnya
Ia menambahkan bahwa klasifikasi relawan uji klinis vaksin Covid adalah seseorang belum pernah terinfeksi virus corona, terdeteksi belum terbentuknya antibodi, dan belum pernah menjadi subjek dari kandidat vaksin lain.
Jika di luar kriteria tersebut seseorang tetap menjadi subyek penelitian kandidat vaksin, justru bisa menimbulkan hasil tidak jelas.
Apakah juga akan menimbulkan masalah kesehatan terhadap orang yang menjadi subjek penelitian itu juga belum bisa dipastikan. Dokter Tonang mengatakan, hingga sekarang belum ada yang melaporkan penelitian mengenai konfigurasi antar jenis vaksin.
"Yang masih dalam uji coba itu Inggris dan Amerika, hanya memang antara jenis vaksin yang metodenya sama. Contoh antara Pfizer dan Moderna, keduanya sama-sama menggunakan metode RNA," ujarnya.
Menurutnya, secara teoritis konfigurasi antar vaksin tidak menjadi masalah selama diyakini tidak akan menimbulkan reaksi silang.
Baca Juga: Gatot Nurmantyo Ikut Uji Klinis Vaksin Nusantara di RSPAD
"Persoalannya adalah kita belum tahu apakah antara vaksin satu dengan lainnya ada sekresi. Kita belum tahu karena belum ada hasil uji yang dilakukan di Amerika dan Inggris," imbuhnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
BBM RI Dituding Mahal Dibandingkan Malaysia, Menkeu Purbaya Bongkar Harga Jual Pertamina
-
Menkeu Purbaya Punya Utang Rp55 Triliun, Janji Lunas Oktober
-
Ngeri Tapi Nagih! Ini Lho Alasan Psikologis Kenapa Kita Doyan Banget Nonton Film Horor
-
Daftar 46 Taipan yang Disebut Borong Patriot Bond Danantara, Mulai Salim, Boy Thohir hingga Aguan
-
Pilih Gabung Klub Antah Berantah, Persis Solo Kena Tipu Eks Gelandang Persib?
Terkini
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!
-
Jantung Sehat di Usia Muda: 5 Kebiasaan yang Wajib Kamu Tahu!
-
Infeksi Silang di Rumah Sakit? Linen Medis Antivirus Ini Jadi Solusi!
-
Golden Period Jadi Kunci, RS Ini Siapkan Layanan Cepat Tangani Stroke
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis