Suara.com - Anak yang sering dibentak bahkan ditampar dan dipukul oleh orangtuanya memiliki risiko terhambatnya perkembangan otak.
Hal ini berbanding terbalik dengan anak yang mendapat pengasuhan tanpa kekerasan, sehingga otaknya berkembang secara baik.
Hal ini diungkap oleh penelitian yang diterbitkan di jurnal Development and Psychology, dengan meneliti 94 otak anak berusia 12-16 tahun yang mengalami didikan keras dari orang tuanya.
Lewat penelitian ini, peneliti mengelompokkan anak-anak yang sering mengalami didikan keras, seperti teriakan dan juga kekerasan fisik.
Hasilnya, anak-anak yang hidup dengan didikan keras orang tuanya, mengalami hambatan di perkembangan otak bagian prefrontal dan amigdala, dua bagian otak yang memengaruhi kesehatan emosional dan juga mental.
"Saya pikir yang paling penting bagi orang tua adalah, memahami bahwa seringnya menggunakan pola didik yang keras dapat membahayakan perkembangan anak. Bukan saja otaknya, tapi juga terkait perkembangan sosial dan emosionalnya," ungkap ketua peneliti Sabrina Suffren, dilansir dari Insider.
Studi ini mengembangkan penelitian sebelumnya pada tahun 2019, yang menunjukkan bahwa anak-anak mengalami penurunan fungsi otak akibat didikan keras orang tuanya.
"Ini pertama kalinya praktik didik anak yang keras dikaitkan dengan penurunan struktur otak, seperti yang kita temukan pada korban kekerasan," ungkapnya.
Meski demikian, orang tua yang melakukan bentakan maupun teriakan sesekali, tidak memengaruhi fungsi otak anak.
Baca Juga: Daftar 5 Makanan yang Bagus untuk Perkembangan Otak Anak
Menurutnya, perbedaan struktur otak terkait dengan adanya pola didikan keras berulang semasa kanak-kanak.
"Ingat, anak-anak ini telah menjadi sasaran praktik didikan yang keras dari orang tuanya, sejak usia dua tahun hingga sembilan tahun," tutupnya.
Berita Terkait
-
Otak Anak Berkembang Pesat di Periode 5 Tahun Pertama, Begini Cara Mengoptimalkan Pertumbuhan Kognitif Si Kecil
-
Ibu Cerdas Atasi Stunting: Tips Mudah Penuhi Gizi Anak dari Dokter Spesialis
-
11 Manfaat Bermain Rubik untuk Perkembangan Otak, Bisa Menambah Daya Ingat
-
Mengenal Risiko Inflamasi Pada Anak, Termasuk Perkembangan Otak yang Tak Maksimal
-
5 Rekomendasi Makanan untuk Ibu Hamil agar Bayi Cerdas
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?