Suara.com - Seorang perempuan berusia 18 tahun harus menjalani tiga operasi otak terkait pembekuan darah setelah menerima vaksin virus corona Johnson & Johnson.
Dilansir dari Metro UK, Emma Burkey menderita kejang setelah mendapat suntikan dosis tunggal yang disimpan pejabat AS setelah dia dan lima wanita lainnya mengalami kasus pembekuan darah yang langka.
Burkey mulai merasa sakit sekitar seminggu setelah dia mendapat suntikan pada awal April, menurut Bret Johnson, juru bicara keluarganya.
Remaja Nevada dibawa ke Rumah Sakit St Rose Dominika di Henderson, kemudian diterbangkan ke Pusat Medis Universitas Loma Linda di California Selatan. Remaja itu telah dibawa keluar dari induksi koma serta alat bantu pernapasan.
Orangtuanya Kathy dan Russ, yang telah melakukan kunjungan singkat setiap hari karena pembatasan Covid-19, mengatakan dia memiliki selang trakeostomi yang menghalangi pidatonya. Dia berkomunikasi dengan mengucapkan beberapa kata dan berkedip.
"Dia membaik secara perlahan Kata yang kami dapatkan dari orang tuanya tadi malam adalah "perlahan, perlahan, perlahan," kata Johnson.
Satu dari lima perempuan dengan kasus pembekuan darah akibat suntikan Johnson & Johnson telah meninggal dunia. Administrasi Makanan dan Obat AS (FDA) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menghentikan vaksin Johnson & Johnson pada 13 April sebagai tanggapan atas enam kasus pembekuan darah otak yang parah.
Lebih dari 7,5 juta orang telah menerima vaksin pada saat itu tanpa insiden. Pejabat kesehatan federal dilaporkan cenderung merekomendasikan dimulainya kembali suntikan Johnson & Johnson, dengan peringatan seputar pembekuan darah yang langka.
Pembatasan usia cenderung lebih kecil, menurut Washington Post. Kelompok penasihat CDC akan bersidang dalam pertemuan publik pada hari Jumat yang dapat memutuskan nasib vaksin Johnson & Johnson.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Diduga Picu Herpes Zoster, Begini Gejalanya
Hingga Kamis, AS telah mencatat lebih dari 31,8 juta kasus Covid-19 dan lebih dari 569.000 kematian, menurut Pusat Sumber Daya Coronavirus Universitas Johns Hopkins. Negara itu telah memberikan 216 juta dosis vaksin pada Rabu, Bloomberg melaporkan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025