Suara.com - Kementerian Kesehatan menemukan lonjakan kasus Covid-19 dalam waktu singkat selama bulan Ramadhan. Juru bicara Covid-19 Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan, penularan itu mencerminkan masyarakat masih abai dalam melaksanakan protokol kesehatan.
Sedikitnya, Kemenkes menemukan terdapat lima klaster yang menyebabkan lonjakan kasus.
"Beberapa minggu ini muncul beberapa klaster yang kita lihat. Mulai dari klaster perkantoran, klaster tarawih di Banyumas, klaster buka bersama, klaster mudik di Pati, dan klaster takziah di Semarang," kata Nadia dalam konferensi pers daring, Jumat (30/4/2021).
Pada klaster ibadah tarawih di Banyumas, Nadia menyampaikan, terdapat 51 orang yang positif covid-19 yang salat di dua masjid berbeda. Puluhan orang itu tertular dari jamaah lain yang ternyata mengalami sakit tetapi tetap melaksanakan salat di masjid.
"Jamaah tersebut meski telah sakit, tetap berangkat tarawih. Tentunya hal seperti ini menjadi perhatian kita. Ini demi keselamatan bersama, pemerintah sudah memberikan sedikit relaksasi untuk kita melakukan ibadah selama bulan Ramadan, tapi tetap kita harus melakukan protokol kesehatan," tegas Nadia.
Meski aktivitas beribadah boleh dilakukan di masjid selama bulan Ramadhan, Nadia mengingatkan bahwa faktor kesehatan tetap harus diutamakan.
Selain itu, terkait klaster buka puasa bersama, Nadia mengingatkan bahwa makan bersama, terlebih sambil berbicara, sangat beresiko menularkan virus Corona.
"Prinsipnya berbicara saat makan bersama jadi faktor yang sangat memungkinkan terjadinya penularan Covid-19. Tentunya ini yang tidak kita inginkan," ucapnya.
Walau saat ini tren tambahan kasus Covid-19 secara nasional tengah melandai, tetapi Nadia mengingatkan adanya alarm lonjakan infeksi terlebih jelang masa libur hari raya Idulfitri. Peningkatan kasus harian mulai terlihat kemarin di mana laporan infeksi baru hampir mencapai 6 ribu dalam satu hari.
Baca Juga: Gara-gara Ini, Dua Musala dan Masjid di Banyumas Ditutup
"Biasanya jumlah kasus antara di bawah 5.000 atau paling tinggi 5.500. kemarin angkanya melonjak sebanyak 5.800 kasus. Artinya ada tambahan sebanyak 600 kasus. Kalau kita lihat grafiknya, sudah kita upayakan untuk mulai turun sejak awal Februari terus sampai dengan Maret. Di April terlihat ada sedikit seolah-olah kenaikan," papar Nadia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- 5 Mobil Sedan Bekas yang Jarang Rewel untuk Orang Tua
- 5 Sepatu Lari Hoka Diskon 50% di Sports Station, Akhir Tahun Makin Hemat
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman Skechers Buat Jalan-Jalan, Cocok Buat Traveling dan Harian
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
Pilihan
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
Terkini
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern