Suara.com - Pola makan yang kaya sayuran, buah-buahan, minyak zaitun, dan ikan (pola makan mediterania) bisa melindungi otak. Hal ini disebabkan karena pola makan tersebut melindugi otak dari penumpukan dan penyusutan plak.
Melansir dari Medicinenet, para peneliti di Jerman melihat hubungan antara pola makan dan protein amiloid dan tau, protein yang ditemukan di otak orang demensia dan Alzheimer. Penelitian tersebut dipublikasikan secara online 5 Mei di jurnal Neurology.
"Hasil ini berkontribusi pada bukti yang menghubungkan kebiasaan makan dengan kesehatan otak dan kinerja kognitif di usia tua," kata pemimpin peneliti Tommaso Ballarini, peneliti postdoctoral dari Pusat Jerman untuk Penyakit Neurodegeneratif di Bonn.
Menerapkan pola makan Mediterania dapat melindungi otak dari neurodegeneration yang mengurangi risiko pengembangan demensia.
Untuk penelitian tersebut, Ballarini dan koleganya mengumpulkan data lebih dari 500 orang, lebih dari 300 orang di antaranya memiliki risiko tinggi untuk penyakit Alzheimer. Para peserta melaporkan pola makan mereka dan mengikuti tes bahasa, memori dan fungsi eksekutif.
Mereka juga menjalani pemindaian otak, dan lebih dari 200 sampel cairan tulang belakang diambil untuk mencari biomarker amiloid dan tau.
Hasilnya menunjukkan bahwa orang yang tidak mengikuti pola makan Mediterania memiliki tingkat penanda amiloid dan tau yang lebih tinggi. Selain itu, orang yang tidak mengikuti pola makan Mediterania mendapat skor tes memori lebih rendah.
"Secara keseluruhan, kepatuhan yang lebih dekat pada pola makan Mediterania dikaitkan dengan volume otak yang diawetkan di daerah yang rentan terhadap penyakit Alzheimer, lebih sedikit amiloid dan tau abnormal dan kinerja yang lebih baik pada tes memori," kata Ballarini.
Pola makan bagaimanapun, bukan satu-satunya faktor gaya hidup yang dapat menurunkan risiko penyakit Alzheimer.
Baca Juga: Jaga Kesehatan, Yuk Hindari 4 Jenis Makanan Berikut di Usai 30-an
"Saya pikir data terus berkembang dan menunjukkan bahwa intervensi gaya hidup kemungkinan besar bermanfaat untuk mengurangi penurunan kognitif," kata Snyder.
Komponen gaya hidup lainnya, seperti olahraga, juga penting.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pratama Arhan dan Azizah Salsha Dikabarkan Rujuk, Ini Penjelasaan Pengadilan Agama Tigaraksa
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
- Buktinya Kuat, Pratama Arhan dan Azizah Salsha Rujuk?
Pilihan
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
-
Kunker Dihapus, Pensiun Jalan Terus: Cek Skema Lengkap Pendapatan Anggota DPR Terbaru!
-
Waktu Rujuk Hampir Habis! Jumat Minggu Depan Pratama Arhan Harus Ikrar Talak ke Azizah Salsha
-
Nadiem Makarim Jadi Menteri Ke-7 Era Jokowi yang Jadi Tersangka Korupsi, Siapa Aja Pendahulunya?
-
Jadwal dan Link Streaming Timnas Indonesia vs Taiwan Malam Ini di GBT
Terkini
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern
-
Dari Kegelapan Menuju Cahaya: Bagaimana Operasi Katarak Gratis Mengubah Hidup Pasien
-
Jangan Sepelekan, Mulut Terbuka Saat Tidur pada Anak Bisa Jadi Tanda Masalah Kesehatan Serius!
-
Obat Sakit Gigi Pakai Getah Daun Jarak, Mitos atau Fakta?
-
Pilih Buah Lokal: Cara Asik Tanamkan Kebiasaan Makan Sehat untuk Anak Sejak Dini
-
Sinshe Modern: Rahasia Sehat Alami dengan Sentuhan Teknologi, Dari Stroke Hingga Program Hamil!