Suara.com - Voice note atau catatan suara di dalam sebuah aplikasi pesan bukanlah hal baru. Fitur ini sudah diperkenalkan WhatsApp pada 2013 silam.
Sejak dimulainya pandemi virus corona, penggunaan voice note meningkat tajam, terutama di kalangan generasi milenial.
Ada beberapa alasan cacatan suara lebih disukai, yakni bisa didengar kapan pun dibanding panggilan suara, serta lebih cepat untuk merekam suara daripada mengetik pesan.
Di sisi lain, pesan yang diketik dapat disalahartikan oleh penerima ketika nada yang digunakan tidak sesuai dengan maksud pengirim.
"Aku tahu bahwa terkadang aku membaca pesan dengan nada yang salah, dan kecemasanku muncul. Aku sering merasa orang marah kepadaku. Tetapi dengan catatan suara, aku merasa jauh lebih mudah dalam menyampaikan maksud dan yang lebih penting, bagaimana kita mengatakannya," kata PR profesional Jasmine Granton, dilansir Metro UK.
Ada yang menggunakan catatan suara sebagai wujud kasih sayang dan pengertian terhadap teman-temannya. Ini adalah cara untuk meningkatkan hubungan dengan orang-orang yang merasa sangat terisolasi, atau merasa mengetik pesan tidak praktis atau tidak dapat mengaksesnya.
"Aku punya teman yang sedang menjalani kemoterapi, dia sering tidak bisa membaca pesan, jadi catatan suara adalah cara sempurna untuk memberi tahunya bahwa aku memikirkannya," ujar ilustrator Nikki Groom.
Pakar dari ExplorersWeb Daniel Mascaranhas mengatakan catatan suara, yang merupakan berkomunikasi secara vokal, sangat bermanfaat bagi kesehatan mental.
"Komunikasi selalu berkembang. Satu hal yang selalu diperlukan adalah fleksibilitas. Catatan suara memungkinkan hal ini secara sempurna," imbuh Mascaranhas.
Baca Juga: Tak Dianggap di Pernikahan, Ini Pesan Raul Lemos untuk Atta Halilintar
Hal lain yang disukai orang tentang catatan suara adalah relatif kurangnya tekanan. Tampaknya ada seperangkat aturan yang berbeda dalam hal catatan suara, yakni tingkat kesegeraan yang sama dalam obrolan dan panggilan grup yang tidak selalu diperlukan.
Tidak mendapatkan tanggapan atas catatan suara terasa lebih bisa dimaafkan daripada mengabaikan pesan tertulis dan pengirim sudah mengetahui bahwa pesannya sudah dibaca.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Prabowo Disebut Reshuffle Kabinet Sore Ini! Ganti 4 Menteri, Menhan Rangkap Menkopolhukam
Pilihan
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
-
19 Tewas di Aksi Demo Anti Korupsi, Eks Persija Jakarta: Pemerintah Pembunuh!
Terkini
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern
-
Dari Kegelapan Menuju Cahaya: Bagaimana Operasi Katarak Gratis Mengubah Hidup Pasien